Ernesto Sabato: Menulis dari Luka, Berbicara pada Nurani Bangsa

headlinejatim.com —Tanggal 13 Juli 1911, seorang anak lelaki lahir di kota Rojas, Argentina. Ia tumbuh dalam keluarga keturunan Italia yang sederhana. Kelak, dunia akan mengenalnya bukan hanya sebagai penulis, tetapi sebagai seorang pemikir yang tajam, penggugat nurani, dan penyelam jiwa manusia modern. Namanya adalah Ernesto Sabato.

Sabato bukan tokoh dari arus utama. Ia justru hadir sebagai penanda zaman yang kehilangan arah. Sebagai ilmuwan fisika, ia pernah bekerja di laboratorium ilmiah Curie di Paris. Namun di balik kemajuan ilmu dan gemerlap teknologi, ia justru menemukan kekosongan. Manusia modern, pikirnya, semakin hebat secara teknis, tetapi semakin asing terhadap dirinya sendiri. Dunia semakin bising, tapi makna hidup semakin sunyi.

Read More

Sabato pun meninggalkan dunia eksak dan masuk ke lorong sepi sastra dan filsafat. Di sana, ia tidak menawarkan jawaban yang menenangkan, melainkan pertanyaan yang mengusik. Ia menulis dengan jujur tentang jiwa manusia yang lelah, cinta yang retak, harapan yang tenggelam, dan kekuasaan yang korup. Dalam The Tunnel dan On Heroes and Tombs, Sabato memotret wajah manusia yang kehilangan jati diri, lalu bertanya: Apakah kita masih hidup sebagai manusia, atau sekadar menjadi bagian dari sistem yang terus menggiling?

Pertanyaan Sabato itu terasa begitu dekat dengan realitas kita di Indonesia hari ini.

 

Ketika masyarakat sibuk mengejar citra dan pertumbuhan ekonomi, kita sering lupa bertanya: Apa yang sedang tumbuh dalam jiwa kita? Ketika pendidikan ditakar dengan angka dan peringkat, di mana tempat bagi kesadaran diri dan kejujuran batin? Ketika media sosial dikuasai oleh kecepatan dan popularitas, apakah masih ada ruang bagi perenungan?

Sabato bukan hanya berbicara tentang Argentina, ia berbicara tentang kita semua. Tentang bangsa-bangsa yang tengah bertarung antara modernitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Tentang rakyat yang dipinggirkan oleh kekuasaan, tentang keluarga yang kehilangan arah karena tekanan sosial, tentang anak muda yang merasa asing di negeri sendiri.

Di Indonesia, kita hidup dalam negeri yang kaya akan budaya, agama, dan nilai-nilai luhur. Namun sering kali, kesadaran spiritual itu justru terpinggirkan oleh ego kolektif, oleh kompetisi tanpa makna, dan oleh kesibukan yang tak mengakar. Sabato mengingatkan, bahwa manusia bukan hanya mesin ekonomi. Ia adalah makhluk pencari makna.

Ia pernah menulis, “Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Karena itu, ia menggali makna melalui seni, mencari kebenaran lewat filsafat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui agama.”

Ini adalah pelajaran penting bagi bangsa kita. Bahwa agama bukan sekadar ritual, melainkan jalan menuju keheningan batin. Bahwa seni bukan sekadar hiburan, melainkan cermin jiwa. Bahwa filsafat bukan sekadar teori, melainkan keberanian untuk berpikir jernih dan berani jujur.

Di masa tuanya, Sabato memimpin Komisi Nasional tentang Orang Hilang di Argentina. Ia mencatat kejahatan rezim militer dan menulis laporan Nunca Más (Tak Lagi Pernah). Ia bukan sekadar sastrawan, ia menjadi saksi luka bangsanya, dan mencoba menyembuhkannya dengan kata-kata.

Indonesia pun memiliki sejarah yang tidak jauh berbeda. Kita punya luka sejarah, korban kekuasaan, tragedi kemanusiaan, dan masa lalu yang belum sepenuhnya sembuh. Tapi selama masih ada suara-suara jujur, seperti Sabato, yang berani menggugat nurani, selalu ada harapan bahwa bangsa ini akan tetap punya hati.

Sabato wafat pada 30 April 2011, dalam usia 99 tahun. Tapi pikirannya tetap hidup. Gagasan dan keberaniannya untuk menyelam ke dalam luka batin manusia menjadi warisan yang tak lekang oleh waktu.

Tanggal 13 Juli bukan sekadar hari lahir seorang penulis. Ia adalah pengingat bahwa dalam dunia yang semakin gaduh, kita tetap membutuhkan suara yang datang dari kedalaman. Suara yang tidak takut akan kegelapan. Suara yang menyala dari luka.

Di negeri ini, di tengah riuhnya pembangunan, perdebatan politik, dan kemelut sosial, Sabato mengajarkan satu hal yang sederhana tetapi mendalam: Jangan pernah berhenti menjadi manusia.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *