Surabaya, headlinejatim.com– Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan peran strategis Jawa Timur dalam penguatan konektivitas nasional, khususnya menjelang aktifnya Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2028 mendatang. Hal itu ia sampaikan saat membacakan pandangan akhir Gubernur terhadap Raperda RPJMD Provinsi Jawa Timur 2025–2029 dalam Sidang Paripurna DPRD Jatim, Senin (7/7/2025).
Salah satu simbol yang diangkat dalam semangat ini adalah logo Surya Majapahit, yang kini menjadi lambang Gerbang Baru Nusantara. Logo tersebut, kata Khofifah, bukan sekadar ornamen.
“Surya Majapahit ini adalah lambang kejayaan Nusantara yang digunakan sejak masa Brawijaya I hingga Brawijaya V. Ini bagian dari penguatan identitas dan peran Jatim dalam bingkai NKRI,” ujarnya.
Logo ini telah melalui kajian historis bersama para sejarawan dan akademisi. Menurut Khofifah, simbol itu sekaligus menjadi titik tolak lahirnya narasi strategis pembangunan Jawa Timur ke depan, menjadi gerbang utama Indonesia bagian timur dan penguat keberadaan IKN.
Gubernur juga menyoroti besarnya potensi logistik Jawa Timur, terutama lewat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
“Dari sekitar 36 hingga 39 jalur tol laut nasional, 19 di antaranya melalui Tanjung Perak. Artinya, lebih dari 50 persen jalur tol laut melintasi Surabaya,” ungkapnya.
Infrastruktur ini menjadi alasan mengapa Pemprov Jatim gencar menggelar misi dagang ke kawasan timur Indonesia. Sebab, sebanyak 20 provinsi di Indonesia Timur telah menjadi mitra dagang strategis Jawa Timur.
“Nilai perdagangan antarwilayah di tahun 2024 bahkan tembus Rp214 triliun. Itu angka yang tidak kecil,” ucap Khofifah.
Selain efisiensi logistik, pendekatan dagang ini didasari kebutuhan riil masyarakat di wilayah-wilayah timur, yang menurutnya masih sangat tinggi dalam sektor barang dan bahan pokok.
Menanggapi pertanyaan tentang sektor pertanian, Khofifah menekankan bahwa kontribusi Jawa Timur di bidang ini tetap yang terdepan secara nasional. “Kalau bicara padi, kita tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia. Luas Tanam Kita (LTT) juga yang terluas,” tegasnya.
Tak hanya itu, produktivitas sektor perkebunan juga mencatatkan prestasi membanggakan. Bahkan, rata-rata nasional untuk tebu menghasilkan 5 ton gula per hektare.
“Di Jawa Timur, sudah cukup banyak yang mampu memproduksi 20 ton per hektare,” ujarnya.
Hal serupa terjadi di subsektor peternakan, Khofifah menyebutkan Jawa Timur tercatat sebagai produsen utama untuk daging ayam, daging sapi, jagung, dan telur. Ia menyampaikan, semua data ini akan disinkronkan dan perkuat dalam dokumen RPJMD.
“Harapannya, ini jadi arah pembangunan yang berpihak pada sektor riil dan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.
Dalam pandangannya, Jawa Timur memiliki keunggulan geografis dan historis yang menjadikannya sebagai “halaman depan” dari Ibu Kota Negara yang baru. Khofifah menyebutnya sebagai Gerbang Baru Nusantara.
Diskusi lintas kampus pun sudah dimulai. Setelah sebelumnya digelar di Program Pascasarjana Universitas Airlangga pada Maret 2025, forum lanjutan dijadwalkan kembali pada September 2025 bersama kalangan akademisi dari seluruh perguruan tinggi di Jawa Timur, termasuk ITS.
“Insya Allah, kita akan terus mendalami gagasan ini, termasuk membahas bagaimana nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, Tanhana Dharma Mangrwa, nilai yang diwariskan Majapahit, bisa menjadi fondasi kuat kebangsaan ke depan,” tuturnya.
Khofifah menekankan bahwa pendekatan pembangunan ini bukan hanya soal fisik atau ekonomi, tetapi juga soal sejarah, identitas, dan semangat persatuan.
“Jawa Timur tidak hanya menghubungkan pelabuhan dan logistik, tapi juga menyambungkan semangat kebangsaan dengan masa depan Indonesia,” pungkasnya.