Banyuwangi, headlinejatim.com —Malam yang seharusnya menjadi penyeberangan rutin dari Ketapang menuju Gilimanuk berubah menjadi tragedi laut. Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tunu Pratama Jaya, milik perusahaan pelayaran PT Pasca Dana Sundari, tenggelam di perairan Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025, sekitar pukul 23.35 WIB.
Kapal dilaporkan mengalami kebocoran mesin dan mati total (blackout) tak lama setelah meninggalkan pelabuhan. Dalam hitungan menit, kapal miring, terbalik, dan akhirnya tenggelam. Hingga Kamis pagi (3/7) pukul 10.57 WIB, total korban selamat berjumlah 23 orang, 4 dinyatakan meninggal, dan 38 lainnya masih dalam pencarian.
Profil Perusahaan Pemilik Kapal
KMP Tunu Pratama Jaya dioperasikan oleh PT Pasca Dana Sundari, perusahaan pelayaran nasional yang berbasis di Jakarta Timur. Perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam jasa transportasi laut penyeberangan antar-pulau.
PT Pasca Dana Sundari dikenal mengoperasikan sejumlah kapal feri dengan nama serupa, seperti KMP Tunu Pratama I, II, dan Jaya, yang melayani jalur-jalur strategis nasional seperti:
• Lintasan Selat Bali: Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi, Jawa Timur) – Pelabuhan Gilimanuk (Bali)
• Lintasan Sulawesi Tenggara: Pelabuhan Torobulu – Pelabuhan Tampo
Namun, perusahaan belum secara terbuka menyampaikan keterangan resmi mengenai unit kapal yang tenggelam. Hingga kini, belum ada informasi publik terkait nomor lambung, tahun pembuatan, kapasitas resmi, maupun riwayat uji kelayakan kapal tersebut.
Penggunaan nama kapal yang identik antar-unit menyebabkan kebingungan dalam proses identifikasi. Ini menjadi catatan kritis terhadap praktik transparansi di industri pelayaran domestik, terutama ketika menyangkut keselamatan publik.
Kronologi Kejadian
Berikut runtutan waktu kejadian tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya:
• 22.56 WIB – Kapal berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Gilimanuk, Bali.
• 23.17 WIB – Kru kapal mengirimkan sinyal distress. Kebocoran mesin diduga terjadi di ruang mesin.
• 23.20 WIB – Mesin kapal mati total (blackout), kapal mulai miring dan kehilangan kendali.
• 23.35 WIB – Kapal dinyatakan tenggelam oleh petugas Kesyahbandaran.
• 03.00 WIB (3 Juli) – Beberapa korban ditemukan oleh kapal nelayan.
• Kapal tenggelam di koordinat: −08°09.371′, 114°25.1569′, dengan ombak dilaporkan mencapai 2–2,5 meter saat kejadian.
Data Manifest Kapal
Berdasarkan informasi dari manifest dan pernyataan resmi pihak pelabuhan, berikut data kapal dan muatannya:
Jumlah orang di kapal:
• 53 penumpang
• 12 kru kapal
• Total: 65 jiwa
Kendaraan di atas kapal:
• 14 unit truk besar/tronton
• 8 unit kendaraan pribadi/pick up
• Total: 22 kendaraan
Sejumlah media telah mempublikasikan nama-nama penumpang, di antaranya berasal dari Banyuwangi, Lumajang, hingga Sulawesi Selatan. Sebagian merupakan sopir truk dan penumpang logistik lintas Jawa-Bali.
Data Korban dan Penyelamatan
• 23 orang selamat – Beberapa berhasil menggunakan sekoci, termasuk 3 orang yang diselamatkan langsung oleh Kepala Mesin kapal.
• 4 orang meninggal dunia – Jenazah telah dievakuasi ke RSUD Blambangan, Banyuwangi.
• 38 orang masih dalam pencarian – Operasi SAR terus dilakukan oleh Basarnas Banyuwangi, dibantu tim dari Surabaya dan Kalimantan Selatan.
Tim SAR telah mengerahkan 9 armada laut, termasuk kapal cepat dan tugboat. Proses pencarian berlangsung di area seluas 40 mil laut persegi di selatan titik kejadian.
Masih Banyak Pertanyaan yang Belum Terjawab
Hingga Kamis siang, belum ada pernyataan resmi dari manajemen PT Pasca Dana Sundari mengenai penyebab pasti tenggelamnya kapal, data spesifikasi teknis, ataupun bentuk pertanggungjawaban terhadap korban dan keluarga.
Pihak Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menyatakan akan melakukan investigasi menyeluruh, termasuk audit operasional perusahaan. KNKT juga akan melakukan pemeriksaan terhadap catatan komunikasi kapal serta kondisi teknis mesin terakhir sebelum blackout.
Di sisi lain, pihak keluarga korban mulai berdatangan ke posko di Pelabuhan Ketapang untuk mencari kepastian nasib anggota keluarga mereka.
Wajib!!! Evaluasi Menyeluruh Transportasi Laut
Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya bukan kali pertama kecelakaan laut terjadi di lintasan padat penyeberangan. Namun ini harus menjadi pengingat bahwa keselamatan pelayaran bukan sekadar rutinitas formalitas melainkan urusan hidup dan mati.
Minimnya data teknis kapal, tidak jelasnya identitas unit yang digunakan, serta lemahnya informasi publik dari operator menandakan masih banyak lubang dalam sistem keselamatan transportasi laut kita.
Masyarakat berhak tahu kapal seperti apa yang mereka tumpangi, seberapa sering diuji kelayakannya, siapa pemiliknya, dan bagaimana tanggung jawab hukum jika terjadi kecelakaan.