Surabaya, headlinejatim.com— Di tengah derasnya arus digital dan menurunnya minat generasi muda terhadap sejarah, Pemerintah Kota Surabaya mengambil langkah strategis dengan menjadikan situs-situs sejarah sebagai ruang hidup pembelajaran kebangsaan. Melalui program Tur Literasi Bung Karno dan Surabaya, Pemkot Surabaya menegaskan bahwa pendidikan karakter tidak cukup hanya melalui bangku sekolah, tetapi juga harus menyentuh dimensi emosional dan kultural para pelajar.
Program ini bukan sekadar wisata edukatif. Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda strategis Pemkot dalam membangun nasionalisme berbasis sejarah lokal. Sasaran utamanya adalah para Ketua OSIS SMA dan SMK, baik dari Surabaya maupun dari berbagai daerah lain di Jawa Timur, yang diposisikan sebagai agen perubahan.
“Jangan sampai generasi muda hanya mengenal Bung Karno dari buku pelajaran. Mereka harus merasakan langsung denyut perjuangan itu, dari rumah kelahiran hingga tempat beliau menimba semangat kemerdekaan,” tegas Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.
Sebanyak 100 pelajar, terdiri atas 51 pelajar asal Surabaya dan 49 pelajar dari luar kota, diajak menyusuri jejak Bung Karno selama dua hari, mulai 28 hingga 29 Juni 2025. Mereka mengunjungi beberapa lokasi bersejarah seperti Rumah Kelahiran Bung Karno, Rumah H.O.S. Tjokroaminoto di Peneleh, serta SDN Sulung, tempat ayah Bung Karno pernah mengajar. Kegiatan kemudian dilanjutkan ke Blitar untuk berdoa di Makam Bung Karno dan beraktivitas di Istana Gebang.
Wali Kota Eri menekankan bahwa Bung Karno bukanlah lahir dari kemewahan, melainkan dari semangat juang yang luar biasa. “Beliau kos di rumah H.O.S. Tjokroaminoto dalam kondisi sangat sederhana. Tidak ada kasur, hanya tikar. Namun semangatnya membakar sejarah bangsa,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa keteladanan Bung Karno harus menjadi inspirasi utama bagi para pelajar. “Siapa pun bisa bermimpi besar dan memperjuangkannya, apa pun latar belakangnya. Inilah semangat Bung Karno yang harus kita warisi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan bahwa tur ini dirancang agar pelajar dapat merasakan pengalaman sejarah secara langsung. “Kami ingin anak-anak tidak hanya tahu sejarah, tetapi benar-benar merasakannya. Pendidikan seperti inilah yang membangun karakter dengan cara menyentuh hati,” kata Yusuf.
Program ini juga menjadi sarana penguatan jejaring antar pelajar lintas daerah, sekaligus pengembangan jiwa kepemimpinan melalui interaksi dan refleksi sejarah.
Seluruh peserta mendapatkan fasilitas lengkap berupa kaus, kartu identitas, transportasi pulang-pergi Surabaya–Blitar, penginapan di Hotel Santika Blitar, serta konsumsi selama kegiatan.
Melalui pendekatan historis dan humanis semacam ini, Pemerintah Kota Surabaya menunjukkan komitmennya dalam menumbuhkan nasionalisme generasi muda. Pendidikan tidak hanya berhenti di ruang kelas, tetapi tumbuh dari pemahaman atas akar sejarah bangsa.