Pentas Kolaborasi Indonesia-Uzbekistan Hidupkan Kembali Jejak Spiritual Bung Karno di Surabaya

Surabaya, headlinejatim.com— Kota Pahlawan menjadi saksi hidup pementasan monumental yang mengangkat sisi spiritual Presiden Pertama RI, Soekarno, dalam kunjungannya ke Uzbekistan tahun 1956. Pertunjukan ini bukan sekadar pentas seni, melainkan panggung diplomasi budaya yang menghubungkan sejarah Indonesia dan Uzbekistan melalui lensa keislaman dan kebangsaan.

Balai Budaya Surabaya menjadi panggung kolaborasi seniman Indonesia dan Uzbekistan yang memerankan kisah unik: bagaimana Bung Karno bersikeras menziarahi makam Imam Al-Bukhari sebelum menerima undangan resmi dari Presiden Uni Soviet, Nikita Khrushchev. Sebuah permintaan yang mencerminkan kedalaman spiritualitas dan pandangan Islam yang kuat dari sang proklamator.

Read More

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyambut hangat pementasan ini. Ia menilai pilihan Surabaya sebagai lokasi bukan kebetulan, melainkan pengakuan atas peran penting kota ini dalam membentuk karakter dan ideologi Bung Karno.

“Ketika Bung Karno menolak undangan Khrushchev sebelum menziarahi makam Imam Al-Bukhari, itu menunjukkan kekuatan jiwanya sebagai seorang Muslim yang taat. Dan kita tahu, akar spiritualitas itu tumbuh di Surabaya, saat beliau berguru pada HOS Tjokroaminoto,” tegas Eri dalam konferensi pers.

Eri juga menegaskan bahwa Surabaya bukan sekadar tempat lahir fisik Bung Karno, tetapi juga tanah tempat api perjuangan nasionalis-religiusnya mulai menyala. “Bung Karno tidak bisa dilepaskan dari Surabaya. Semangatnya ada di darah arek-arek Suroboyo. Melalui pementasan ini, kita hidupkan kembali api perjuangan itu, bukan abunya,” ujarnya.

Aktor senior Rano Karno yang turut bermain dalam pentas ini, melihat sisi lain dari kisah tersebut. Ia menilai, keyakinan Bung Karno terhadap keberadaan makam Imam Al-Bukhari, meski belum pernah menginjakkan kaki di Uzbekistan sebelumnya, merupakan buah dari perenungan dan pengalaman spiritual selama masa pengasingan di Ende.

“Saya yakin Bung Karno mendapatkan ilham lewat mimpi dan penghayatan yang dalam. Bahkan saat menyusun Pancasila, beliau merujuk pada nilai-nilai luhur dari hadits dan ajaran Imam Al-Bukhari. Pancasila bukan ciptaan, tapi hasil penggalian,” ungkap Rano.

Ia menambahkan, teater ini menjadi cara penting untuk memperkenalkan Bung Karno kepada generasi muda dari sudut pandang yang selama ini jarang disentuh: keimanannya, proses pencarian jati diri, dan kontribusinya dalam merumuskan dasar negara.

Produser pertunjukan, Restu Imansari Kusumaningrum, mengungkapkan bahwa pentas ini merupakan hasil riset selama lebih dari empat tahun. Ia melibatkan 20 seniman dan teknisi dari dua negara serta membagi pementasan ke dalam empat segmen utama dengan durasi sekitar satu jam.

“Kami ingin anak-anak muda kembali tertarik meneliti sejarah bangsanya. Sejarah itu milik semua umat manusia. Ia menyimpan jejak yang layak dipelajari, bukan dilupakan,” ujar pendiri Yayasan Taut Seni itu.

Pementasan ini digagas dan diproduksi oleh Bumi Purnati Indonesia bekerja sama dengan The Drama Theater of Kattakurgan dari Uzbekistan. Konsepnya menggabungkan elemen teater arsip, musik klasik, lagu nasional, musik tradisional Indonesia-Uzbekistan, serta zikir yang memperkuat nuansa spiritual pertunjukan.

Tak hanya sebagai pertunjukan seni, panggung ini sekaligus memperkuat hubungan diplomatik kedua negara yang telah dimulai sejak era Perang Dingin. Kunjungan Bung Karno ke Uzbekistan tahun 1956, yang disyaratkan dengan ziarah ke makam Imam Al-Bukhari dan kunjungan balasan Khrushchev ke Indonesia tahun 1960, kini mendapatkan makna baru dalam medium seni yang menyentuh generasi lintas zaman.

Melalui pertunjukan ini, seni bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat penting untuk membangun ingatan kolektif dan menghidupkan kembali narasi besar bangsa. Sebuah refleksi bahwa sejarah dan spiritualitas dapat bersatu dalam satu panggung yang membakar semangat dan menggugah kesadaran.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *