headlinejatim.com —Setiap tanggal 27 Juni, kita sepatutnya mengingat seorang tokoh besar yang telah memberikan warna penting dalam sejarah seni visual dan budaya populer Indonesia. Dialah Raden Ahmad Kosasih, atau yang lebih dikenal sebagai R.A. Kosasih, pelopor komik Indonesia yang lahir pada 27 Juni 1919 di Bogor, Jawa Barat.
Nama R.A. Kosasih mungkin tak sepopuler tokoh-tokoh politik atau seniman kontemporer di tengah generasi muda saat ini. Namun, karyanya telah menjadi tonggak penting dalam perkembangan cerita bergambar di Nusantara. Ia bukan sekadar penggambar komik, melainkan seorang pengisah besar yang membawa dunia pewayangan dan pahlawan lokal ke dalam lembar-lembar kisah visual yang mudah diakses masyarakat luas.
Dari Wayang ke Lembar Bergambar
Kosasih memulai kiprahnya sebagai ilustrator pada masa penjajahan Belanda, namun baru dikenal luas ketika menerbitkan karya-karyanya dalam bentuk komik pada awal 1950-an. Salah satu yang paling monumental adalah adaptasi dari epos Mahabharata dan Ramayana, yang ia garap dengan gaya penggambaran khas Indonesia, berpadu dengan narasi yang kuat dan menggugah. Ini bukan sekadar penggambaran ulang dari kisah klasik India, tetapi sebuah bentuk pelestarian budaya Nusantara yang dibalut dengan visualisasi yang akrab dengan masyarakat Indonesia.
Bisa dikatakan, R.A. Kosasih berhasil membumikan nilai-nilai pewayangan dan moral luhur ke tengah masyarakat melalui bahasa populer yang saat itu belum banyak digarap secara serius, yaitu komik.
Si Buta dari Gua Hantu dan Wajah Heroisme Lokal
Namun tak hanya kisah pewayangan yang ia populerkan. Nama Si Buta dari Gua Hantu, salah satu tokoh ciptaannya, menjadi ikon penting dalam sejarah komik Indonesia. Tokoh ini menjadi representasi pahlawan lokal: tangguh, misterius, dan memegang teguh nilai-nilai kebaikan serta keadilan.
Lewat Si Buta, Kosasih menyampaikan narasi kepahlawanan yang tidak bergantung pada kekuatan fisik semata, tetapi juga pada ketajaman batin dan kepekaan terhadap penderitaan sesama. Dalam berbagai petualangannya, Si Buta melawan ketidakadilan, membantu kaum tertindas, dan menjelajahi nusantara yang kaya akan mitos serta budaya.
Membentuk Imajinasi dan Karakter Generasi
Pada masa ketika akses terhadap hiburan dan pendidikan visual sangat terbatas, komik-komik karya R.A. Kosasih menjadi jendela imajinasi bagi anak-anak dan remaja Indonesia. Ia menyajikan cerita-cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan memperkenalkan akar budaya bangsa, sebuah pendekatan yang kini kembali banyak dibicarakan dalam dunia pendidikan dan psikologi anak.
Generasi 1950-an hingga 1980-an tumbuh dengan karakter-karakter ciptaan Kosasih yang menginspirasi. Bagi sebagian orang, membalik halaman komiknya adalah pengalaman magis seperti mendengar dongeng dari seorang kakek bijak yang tidak hanya bercerita, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan.
Tanggal 27 Juni bukan sekadar peringatan hari lahir seseorang. Lebih dari itu, hari ini adalah momen reflektif atas peran penting seniman dalam membentuk identitas budaya bangsa. R.A. Kosasih adalah contoh bagaimana seni bisa menjadi kendaraan pelestarian nilai dan sejarah, tanpa kehilangan daya tarik hiburannya.
Dalam era digital saat ini, di mana komik dan cerita visual kembali naik daun lewat platform daring, warisan R.A. Kosasih menemukan relevansinya kembali. Karya-karyanya menjadi inspirasi bagi generasi baru komikus Indonesia untuk tetap mengangkat cerita lokal, menjunjung akar budaya, dan menghadirkan pahlawan-pahlawan dari tanah sendiri.
Menatap Ke Depan, Belajar dari Masa Lalu
Sudah saatnya dunia pendidikan, industri kreatif, dan masyarakat luas memberi tempat lebih besar bagi tokoh-tokoh seperti R.A. Kosasih. Bukan sekadar mengenang, tetapi juga mengapresiasi dan melanjutkan semangat berkaryanya, menjadikan komik sebagai media edukatif, reflektif, dan menghibur yang mencerminkan jati diri bangsa.
R.A. Kosasih memang telah berpulang pada tahun 2012, namun jejaknya tak pernah benar-benar hilang. Setiap kali kita membuka komik Indonesia yang berbobot, mengenal tokoh-tokoh lokal yang sarat nilai, atau terinspirasi untuk menceritakan kembali kisah dari bumi Nusantara, kita tengah menyambung warisan dari lelaki kelahiran 27 Juni itu.
Selamat hari lahir, Bapak Komik Indonesia. Terima kasih telah mewarnai imajinasi bangsa.