headlinejatim.com —Mengayuh sepeda lebih dari sekadar bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Di balik putaran roda, tersimpan kisah perjalanan hidup, kenangan, dan harapan akan masa depan yang lebih bersih dan sehat. Setiap tanggal 3 Juni, dunia memperingati Hari Sepeda Sedunia, momen untuk mengingat kembali pentingnya sepeda sebagai alat transportasi yang sederhana, murah, sekaligus ramah lingkungan.
Peringatan ini diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada April 2018 melalui resolusi A/RES/72/272 yang disepakati oleh seluruh negara anggota. Gagasan ini berasal dari seorang akademisi yang sangat mencintai sepeda, Profesor Leszek Sibilski, sosiolog asal Polandia yang mengajar di Amerika Serikat. Sibilski dan para aktivis lainnya berjuang agar dunia memahami bahwa sepeda bukan sekadar kendaraan, melainkan simbol keberlanjutan dan kesetaraan.
Sepeda dan Indonesia: Kisah Sang Onthel
Di Indonesia, sepeda memiliki tempat khusus dalam sejarah dan budaya masyarakat. Sepeda onthel, yang kini menjadi koleksi langka dan bernilai nostalgia, dulu menjadi kendaraan utama berbagai kalangan. Dari guru yang berkeliling mengajar di pedesaan, hingga pedagang kecil yang mengayuh sepeda berkeranjang penuh barang dagangan, onthel menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Salah satu kisah unik datang dari Pak Harjo, seorang pensiunan guru di sebuah desa di Jawa Tengah. Sejak tahun 1970-an, ia mengayuh sepeda onthelnya sejauh 15 kilometer setiap hari ke sekolah. Baginya, onthel bukan hanya kendaraan, tapi “teman setia yang menemani perjuangan mendidik generasi muda”. Bahkan hingga kini, ia merawat sepeda onthelnya dengan penuh kasih sayang sebagai simbol dedikasinya.
Cerita lain datang dari komunitas pesepeda onthel di Kota Solo yang rutin mengadakan “gowes nostalgia”. Mereka berkumpul tidak hanya untuk berolahraga, tetapi juga mengenang masa lalu dan mempererat solidaritas. Kegiatan ini menjadi jembatan antar generasi, mengajak anak muda menghargai nilai sejarah sekaligus membangun kesadaran akan gaya hidup ramah lingkungan.
Manfaat Sepeda yang Tak Lekang oleh Waktu
Berdasarkan data PBB, sepeda memiliki sejumlah manfaat yang krusial di era modern:
Ramah lingkungan: Sepeda tidak mengeluarkan emisi karbon, membantu menurunkan polusi udara yang kini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global.
Ekonomis: Biaya kepemilikan dan perawatan sepeda jauh lebih murah dibanding kendaraan bermotor, membuatnya mudah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat.
Menyehatkan: Bersepeda secara rutin membantu mencegah berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Simbol kesetaraan: Sepeda dapat digunakan oleh siapa saja, dari anak-anak hingga orang tua, dari kota hingga desa.
Di Indonesia sendiri, meski data resmi masih terbatas, komunitas pesepeda tumbuh pesat, terutama di kota-kota besar. Berdasarkan survei internal beberapa komunitas, pengguna sepeda di Jakarta dan Surabaya meningkat hingga 20% sejak pandemi COVID-19, sebagai respon terhadap kebutuhan akan transportasi yang sehat dan aman.
Hari Sepeda Sedunia dan Tantangan Masa Kini
Meski sepeda memiliki banyak keunggulan, tantangan masih besar. Infrastruktur yang kurang memadai, seperti minimnya jalur sepeda yang aman, serta rendahnya kesadaran keselamatan pengendara dan pengemudi kendaraan bermotor, masih menjadi kendala utama. Di beberapa kota, sepeda masih dipandang sebelah mata sebagai kendaraan “kelas dua”.
Namun, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat mulai menggencarkan program-program untuk mendukung budaya bersepeda. Contohnya, pemerintah kota Bandung dan Jakarta yang aktif membangun jalur sepeda dan mengadakan kampanye “bike to work” dan “bike to school”. Selain itu, komunitas sepeda onthel juga turut berperan aktif mengedukasi masyarakat akan pentingnya bersepeda sebagai gaya hidup berkelanjutan.
Sepeda sebagai Jembatan Masa Lalu dan Masa Depan
Sepeda onthel adalah saksi bisu perjalanan bangsa, simbol kerja keras, kesederhanaan, dan kebersamaan. Melalui perayaan Hari Sepeda Sedunia, kita diajak tidak hanya mengingat nostalgia masa lalu, tetapi juga membayangkan masa depan di mana sepeda menjadi alat transportasi utama yang mendorong pembangunan berkelanjutan.
Bayangkan jika lebih banyak anak-anak di Indonesia bisa bersekolah dengan aman menggunakan sepeda, jika lebih banyak pekerja dapat pulang tanpa stres akibat kemacetan, dan jika ruang kota dipenuhi oleh pesepeda yang menikmati udara segar, bukan asap knalpot. Sepeda adalah harapan sederhana yang bisa diwujudkan oleh setiap orang.
Dalam setiap kayuhan, tersimpan pesan tentang keberlanjutan, kesehatan, dan solidaritas. Hari Sepeda Sedunia mengajak kita semua untuk kembali ke akar, mengayuh bersama menuju masa depan yang lebih hijau dan ramah bagi seluruh generasi.