SURABAYA, headlinejatim.com – Kota Surabaya kembali membuktikan diri sebagai pelopor inovasi pendidikan anak. Program Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS) yang digagas Wali Kota Eri Cahyadi mendapat apresiasi tinggi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan dinilai layak menjadi role model nasional.
Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, dalam kunjungannya ke lokasi RIAS di Kalijudan, Selasa (28/5/2025), menyebut program ini tidak hanya menangani anak-anak dengan masalah kedisiplinan secara reaktif, tetapi juga menyentuh akar permasalahan yang kerap terabaikan, yakni keharmonisan dan perhatian dalam keluarga.
“Program ini luar biasa. RIAS menjadi rumah yang sesungguhnya bagi anak-anak, bukan sekadar tempat pembinaan. Ini pendekatan yang sangat humanis dan menyentuh sampai ke akar,” ujar Ai Maryati.
Ruang Ramah Anak dengan Dukungan Lintas Sektor
Ai Maryati menyoroti keberhasilan RIAS dalam menciptakan ruang ramah anak dengan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, masyarakat, hingga pelaku usaha terlibat aktif dalam mendorong anak-anak mengembangkan diri dan mendapatkan hak pendidikan yang layak.
Dalam interaksi langsungnya, Ai menyaksikan anak-anak yang dulunya memiliki masalah kini sukses menempuh pendidikan tinggi dan menjadi lebih percaya diri. “Kolaborasi seperti ini menunjukkan bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama,” tuturnya.
Wali Kota Surabaya: Kunci Permasalahan Anak Ada di Keluarga
Wali Kota Eri Cahyadi menjelaskan bahwa RIAS lahir dari keprihatinannya atas kondisi anak-anak bermasalah di Surabaya yang, menurut data, 99 persen berasal dari keluarga yang kurang harmonis atau minim perhatian orang tua.
“Saya kumpulkan semua data. Nyatanya hampir semua kasus anak bermasalah itu akar persoalannya di rumah. Maka kami harus hadir di situ, bukan hanya menyalahkan anak,” ungkap Cak Eri.
Sejak 2023, RIAS resmi diluncurkan dengan konsep “Satu Keluarga, Satu Sarjana”. Tak hanya memberi akses pendidikan, program ini juga menyediakan pendampingan psikologis, penguatan peran orang tua, hingga skema orang tua asuh bagi keluarga yang tidak mampu.
Gotong Royong Jadi Kunci Keberhasilan
Keberhasilan RIAS tidak lepas dari solidaritas warga Surabaya. Masyarakat ikut berkontribusi dalam bentuk menjadi orang tua asuh, membantu membayar listrik, menyediakan tempat tidur, hingga memastikan kebutuhan harian anak-anak terpenuhi.
“Inilah kekuatan gotong royong. Tidak hanya pemerintah, tapi warga Surabaya yang mampu ikut bertanggung jawab,” ucap Cak Eri.
Pendidikan Karakter Jadi Prioritas Utama
Anak-anak yang tinggal di asrama RIAS bukan hanya dididik secara akademis, tapi juga dibekali keterampilan hidup dan karakter. Hal ini sudah disepakati bersama orang tua, termasuk mengenai jam malam, ibadah, dan etika.
“Anak-anak ini kami didik untuk berakhlak. Karena saya percaya, kekuatan sebuah bangsa ada pada akhlak warganya. Bukan saling menjatuhkan, tapi saling menguatkan,” tegasnya.
Cak Eri juga menekankan pentingnya peran ayah dalam pendidikan anak. Ia bahkan secara pribadi terlibat dalam mengajar di Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) guna menguatkan peran ayah dalam proses tumbuh kembang anak.
“Anak yang merasakan kasih sayang seorang ayah tidak akan mudah terbawa pengaruh buruk. Itu sebabnya saya ingin memperkuat peran ayah di keluarga,” ujarnya.
KPAI dan Pemkot Siap Kolaborasi Berkelanjutan
Di akhir pertemuan, baik KPAI maupun Pemkot Surabaya sepakat untuk terus memperkuat kolaborasi demi menghadirkan program pendidikan yang adil, holistik, dan berlandaskan pendekatan humanis.
“Kami siap terus bekerja sama dengan KPAI dan semua pihak demi mewujudkan pendidikan yang menjawab kebutuhan anak-anak secara menyeluruh,” pungkas Cak Eri.