20 Mei: Ketika Semangat Bangsa dan Kehidupan Alam Bertemu dalam Sebuah Tanggal

SURABAYA, headlinejatim.com – Tanggal 20 Mei selalu mengingatkan kita pada sebuah babak penting dalam sejarah Indonesia: Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah titik awal dari kesadaran kolektif bangsa untuk bangkit dari keterpurukan, keterbelakangan, dan belenggu penjajahan. Tapi tahukah kita bahwa pada tanggal yang sama, dunia juga memperingati sesuatu yang tampaknya sederhana namun vital: Hari Lebah Sedunia (World Bee Day)?

Dua momen ini, meski berasal dari latar belakang yang berbeda, berbicara pada satu hal yang sama: kebangkitan dan ketahanan hidup.

Read More

 

Boedi Oetomo dan Api Pertama Kesadaran Nasional

20 Mei 1908, sebuah organisasi bernama Boedi Oetomo lahir di Batavia, didirikan oleh para mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Tokoh utamanya adalah Dr. Soetomo, didampingi oleh para pemuda terpelajar seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeradji Tirtonegoro.

Mereka bukan tentara, bukan tokoh politik, tapi para pelajar dengan kesadaran tinggi akan masa depan bangsanya. Mereka menyalakan nyala pertama: bahwa Indonesia harus bangkit. Dari sinilah jalan panjang menuju kemerdekaan dimulai.

Boedi Oetomo tidak berbicara senjata, tetapi tentang pendidikan, persatuan, dan cita-cita masa depan. Maka, Hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap 20 Mei adalah simbol dari bangunnya semangat nasionalisme, yang sebelumnya tertidur panjang.

 

Di Waktu yang Sama: Dunia Menghormati Penjaga Kehidupan – Lebah

Tepat pada tanggal yang sama, 20 Mei juga ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai World Bee Day sejak 2018. Tanggal ini dipilih untuk menghormati Anton Janša, tokoh asal Slovenia yang dianggap sebagai pelopor perlebahan modern, dan lahir pada 20 Mei 1734.

Mengapa lebah begitu penting?

Menurut data FAO, sekitar 75% tanaman pangan dunia bergantung pada penyerbukan, sebagian besar dilakukan oleh lebah. Namun populasi lebah dunia kini terus menurun karena penggunaan pestisida, perubahan iklim, dan hilangnya habitat.

Jika lebah punah, maka produksi pangan global bisa terancam. Ketahanan pangan, terutama di negara berkembang, akan terguncang.

 

Kebangkitan Nasional dan Lebah: Sebuah Jembatan Makna

Apa kaitan antara Boedi Oetomo dan lebah?

Jawabannya terletak pada kesadaran kolektif dan semangat gotong royong.

Lebah tidak pernah bekerja sendiri. Mereka hidup dalam koloni yang rapi, penuh peran dan tanggung jawab. Mereka mengerti bahwa kehidupan bergantung pada kerja bersama — seperti halnya para tokoh pergerakan memahami bahwa kebebasan Indonesia hanya bisa dicapai melalui persatuan dan solidaritas nasional.

Di tengah dunia yang kini menghadapi ancaman perubahan iklim, krisis pangan, ketidakpastian ekonomi, dan polarisasi sosial, pesan 20 Mei menjadi sangat relevan: Bangkit bersama, lindungi satu sama lain, jaga masa depan bersama.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam peringatan Harkitnas 2025 mengatakan:

“Kebangkitan yang kokoh adalah kebangkitan yang berakar pada nilai kemanusiaan dan berbuah pada keadilan serta kesejahteraan bersama.”

Sementara itu, dunia internasional menyerukan untuk melindungi spesies kecil seperti lebah — karena mereka adalah pahlawan tak terlihat yang memastikan manusia tetap bisa makan dan hidup sehat.

 

Satu Tanggal, Dua Peristiwa, Satu Tujuan

20 Mei bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah pengingat bahwa:

Bangsa yang kuat lahir dari rakyat yang sadar akan pentingnya bersatu dan bangkit.

Bumi yang lestari lahir dari kesadaran manusia untuk hidup berdampingan dengan alam, bahkan dengan makhluk sekecil lebah.

Mari jadikan 20 Mei bukan hanya sebagai seremoni, tapi sebagai nyala ulang semangat kolektif kita, baik sebagai warga negara maupun penghuni bumi. Karena seperti lebah dan Boedi Oetomo, kekuatan terbesar tidak selalu datang dari yang besar, tapi dari mereka yang bekerja dalam senyap dengan cinta yang besar.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *