Pemkot Pastikan Akan Kirim Pelajar Pelaku Tawuran Untuk Gemblengan Karakter

Surabaya, headlinejatim.com– Pemkot Surabaya mengambil langkah tak biasa dalam menyikapi kasus tawuran pelajar yang terjadi di kawasan Semolowaru Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo, Selasa lalu (13/5). Bukan sekadar sanksi administratif atau pemanggilan orang tua, para pelajar yang terlibat justru akan dikirim ke Kampung Anak Negeri (KANRI)—pusat pembinaan karakter yang menjadi kawah candradimuka bagi remaja dengan masalah perilaku.

Langkah ini menunjukkan pergeseran pendekatan penanganan pelanggaran dari hukuman menjadi transformasi. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menegaskan bahwa persoalan perilaku anak tidak bisa hanya ditangani oleh sekolah. Sinergi antara lingkungan rumah dan pendidikan formal menjadi kunci utama.

Read More

“Mendidik anak butuh sinergi antara rumah dan sekolah. Oleh karena itu, orang tua dari anak-anak yang terlibat akan kami panggil untuk duduk bersama guru,” kata Wali Kota Eri.

Namun penanganan tak berhenti pada pertemuan meja bundar. Pemkot akan memetakan kebutuhan psikososial masing-masing pelajar. Jika ada yang menunjukkan tanda-tanda memerlukan perlindungan lebih lanjut, maka Dinas Pendidikan akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) untuk intervensi lanjutan.

Di KANRI, para pelajar akan menjalani pembinaan intensif yang tak hanya menekankan kedisiplinan, tetapi juga pengembangan keterampilan hidup (life skill), pelatihan wirausaha, hingga penguatan wawasan kebangsaan dan nilai keagamaan. Tujuannya jelas, menciptakan anak-anak yang bukan hanya berhenti tawuran, tapi pulang dengan karakter baru.

“Kita terus berusaha maksimal memberikan pendidikan yang terbaik untuk masa depan anak-anak Surabaya. Tapi kita tidak bisa sendiri, orang tua tetap menjadi kunci,” tegas Eri.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, juga menekankan pentingnya kolaborasi sekolah dan orang tua. Bahkan, jika para pelajar yang terlibat tawuran berasal dari jenjang atau sekolah yang sama, maka komunikasi antarsekolah akan difasilitasi untuk mencegah konflik susulan.

“Kalau dua pelajar berasal dari sekolah atau jenjang yang sama, kami akan fasilitasi dialog antar sekolah agar hal serupa tidak terulang,” ujarnya.

Tak hanya tindakan korektif, Dispendik juga menyiapkan kurikulum tambahan khusus di KANRI. Materi seperti kepemimpinan, nasionalisme, hingga pendidikan karakter keagamaan akan diperkuat selama proses pembinaan. Anak-anak yang telah menunjukkan perubahan signifikan nantinya akan dikembalikan kepada keluarga.

“Tempat ini bukan untuk menghukum, tapi untuk membentuk ulang karakter mereka. Ketika siap, mereka kembali ke lingkungan asalnya dengan semangat baru,” pungkas Yusuf.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *