World Ego Awareness Day: Saatnya Menyadari Ego yang Diam-Diam Mengatur Hidup Kita

 

“Musuh terbesarmu bukan orang lain. Seringkali, ia tinggal dalam dirimu sendiri. Ia bernama ego.”

Read More

headlinejatim.com —Pernahkah kamu merasa harus selalu benar, sulit mengakui kesalahan, atau merasa lebih baik dari orang lain? Jika iya, kamu tidak sendirian. Ego adalah bagian dari diri kita yang kerap tersembunyi, tapi memengaruhi hampir semua hal, cara kita berpikir, bertindak, bahkan mencintai.

Setiap 11 Mei, dunia memperingati World Ego Awareness Day. Hari Kesadaran Ego Sedunia. Ini bukan sekadar tanggal di kalender, melainkan undangan global untuk berhenti sejenak dan bertanya: Apakah aku masih dikendalikan oleh egoku?

Mengapa Ego Perlu Disadari?

Ego bukan selalu musuh. Ia adalah bagian dari identitas kita. Tapi seperti pisau bermata dua, ego yang tidak disadari bisa merusak. Ia membuat kita sulit meminta maaf, menghalangi kita untuk benar-benar mendengar orang lain, dan sering kali membuat kita terjebak dalam konflik yang sebenarnya bisa dihindari.

Dalam dunia yang semakin cepat dan kompetitif, ego yang tak terkendali adalah bahan bakar sempurna bagi kelelahan emosional dan hubungan yang rapuh. Di sinilah pentingnya kesadaran, untuk melihat ego kita, bukan sebagai musuh yang harus dimusnahkan, tapi sebagai bagian diri yang perlu dijinakkan.

Siapa di Balik Hari Kesadaran Ini?

World Ego Awareness Day pertama kali dirintis pada tahun 2018 oleh seorang psikolog dan penulis asal India, Dr. Jyotika Chhibber. Melalui gerakan Ego Awareness Movement, ia mengajak orang-orang dari berbagai belahan dunia untuk menyadari betapa besar pengaruh ego dalam membentuk dunia di sekitar kita, baik dalam hubungan pribadi, sosial, maupun profesional.

Visinya sederhana namun mendalam: dunia akan menjadi tempat yang lebih damai jika lebih banyak orang hidup dengan kesadaran, bukan dengan ego.

Bagaimana Kita Merayakannya?

Hari ini bukan tentang seremoni besar atau kampanye viral. Ini tentang keheningan, kejujuran, dan refleksi.

Ambil jeda. Renungkan, kapan terakhir kali egomu melukai seseorang?

Tulislah. Ambil jurnal dan tulis perasaan atau momen di mana kamu merasa terlalu “benar” hingga melupakan sisi manusia dari orang lain.

Maafkan. Minta maaf bukan karena kamu salah, tapi karena hubungan lebih penting dari pembuktian.

Belajar. Baca buku seperti Ego is the Enemy oleh Ryan Holiday atau A New Earth oleh Eckhart Tolle yang membantu banyak orang berdamai dengan egonya.

Sebarkan. Bagikan pesan ini kepada orang-orang terdekat. Kesadaran ego bisa menular, dan itu hal baik.

Satu Hari, Banyak Harapan

Di balik peringatan ini, tersimpan harapan besar: bahwa semakin banyak orang bisa mengenali ego mereka, lalu memilih untuk tidak dikendalikan olehnya. Bahwa di balik setiap kesombongan, ada luka yang belum sembuh. Dan di balik setiap amarah, ada ketakutan yang belum dipeluk.

World Ego Awareness Day bukan hari biasa. Ini adalah ajakan diam-diam untuk hidup dengan lebih sadar, lebih lembut, dan lebih manusiawi.

Karena pada akhirnya, dunia tidak butuh lebih banyak orang hebat. Dunia butuh lebih banyak orang yang mampu melihat diri sendiri. Tanpa topeng, tanpa ego.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *