Tahukah kamu bahwa 9 Mei bukan sekadar tanggal biasa?
headlinejatim.com— Di balik kalender yang sering terlewat ini, ada sejarah penting yang mencatat peran besar perempuan dalam membangun bangsa. Tanggal 9 Mei ditetapkan sebagai Hari Perempuan Indonesia, sebuah peringatan atas peristiwa bersejarah Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938.
Kongres ini bukan hanya ajang berkumpul. Ia adalah panggung perjuangan, tempat lebih dari 600 perempuan dari berbagai organisasi menyuarakan mimpi besar: perempuan yang cerdas, merdeka, dan setara.
Dari Bandung, Suara Perempuan Menggema
Digelar selama hampir satu minggu, Kongres Perempuan Indonesia III bukan hanya membicarakan hak-hak domestik. Mereka membahas hal-hal besar:
- Kesetaraan dalam pendidikan,
- Keadilan dalam hukum perkawinan dan warisan,
- Pentingnya perempuan dalam politik dan kemerdekaan,
- Hingga pengarsipan sejarah perempuan pejuang seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, dan R.A. Kartini.
Bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka, perempuan-perempuan ini sudah berpikir ke depan: bagaimana perempuan bisa menjadi bagian dari bangsa yang bebas, setara, dan berdaulat.
Bukan Hari Ibu, Ini Hari Perempuan
Masyarakat sering menyamakan Hari Perempuan Indonesia dengan Hari Ibu (22 Desember). Tapi keduanya berbeda.
Hari Ibu cenderung menyoroti peran domestik seorang ibu dalam keluarga.
Sementara Hari Perempuan Indonesia lahir dari semangat kolektif perempuan untuk menuntut hak, menolak diskriminasi, dan memperjuangkan keadilan gender.
Masih Relevan, Bahkan Semakin Mendesak
Di era modern ini, isu-isu yang dibawa oleh Kongres 1938 masih relevan:
- Ketimpangan akses pendidikan bagi perempuan di daerah terpencil,
- Angka kekerasan terhadap perempuan yang masih tinggi,
- Minimnya representasi perempuan dalam posisi pengambil keputusan,
- Tantangan besar di dunia kerja dan ekonomi.
Hari Perempuan Indonesia adalah pengingat bahwa perjuangan ini belum selesai.
Mari Kita Ingat, Rayakan, dan Lanjutkan
Peringatan Hari Perempuan Indonesia 9 Mei bukan hanya soal sejarah, tapi juga soal masa depan. Bagaimana kita—perempuan dan laki-laki—bisa melanjutkan perjuangan menuju kesetaraan yang adil dan inklusif.
Saatnya sekolah-sekolah, media, komunitas, dan pemerintah lebih mengenalkan sejarah ini. Bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk dijadikan pijakan.
#HariPerempuanIndonesia #9Mei #KongresPerempuan1938 #KesetaraanGender #PerempuanBerdaya #SejarahPerempuan