headlinejatim.com – Setiap tanggal dalam kalender menyimpan kisahnya sendiri. Begitu juga dengan tanggal 22 Maret, hari yang tak hanya menjadi bagian dari perjalanan waktu, tetapi juga saksi dari tiga peringatan penting dunia. Di hari ini, air yang menjadi sumber kehidupan mendapat pengakuan dunia, anjing laut yang lincah di lautan mendapatkan perhatian, dan ajaran cinta kasih tanpa syarat diingat kembali.
Mari kita menyelami cerita di balik Hari Air Sedunia, Hari Anjing Laut Internasional, dan Hari Metta Sedunia.
Air, Sumber Kehidupan yang Harus Dijaga
Bayangkan sejenak, sebuah mata air kecil yang mengalir di tengah hutan, memberi kehidupan bagi setiap makhluk yang singgah di sana. Begitulah air—sederhana, tapi tak tergantikan. Namun, tidak semua orang di dunia ini beruntung mendapatkan air bersih dengan mudah.
Itulah mengapa, pada tanggal 22 Desember 1992, di tengah pertemuan besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Rio de Janeiro, Brasil, dunia memutuskan untuk memberikan penghormatan kepada air. Setahun kemudian, 22 Maret resmi menjadi Hari Air Sedunia, momen di mana manusia diajak merenungi betapa berharganya setetes air.
Setiap tahunnya, Hari Air Sedunia membawa tema yang menginspirasi. Pada tahun 2025 ini, Tema Hari Air Sedunia adalah ‘ Pelestarian Gletser ‘. Gletser sangat penting bagi kehidupan – air lelehannya sangat penting untuk air minum, pertanian, industri, produksi energi bersih, dan ekosistem yang sehat. Sebuah pengingat bahwa air bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga bisa menjadi perekat persatuan, sekaligus sumber konflik jika tidak dikelola dengan bijak.
Anjing Laut dan Lautan yang Semakin Tak Ramah
Jauh di belahan bumi yang lebih dingin, sekelompok anjing laut melompat-lompat di atas bongkahan es. Mereka tampak bebas dan lincah, tetapi tahukah kamu bahwa mereka menghadapi ancaman besar?
Sejak zaman dahulu, anjing laut telah menjadi target perburuan. Kulit dan minyaknya menjadi incaran manusia, membuat populasinya menurun drastis. Melihat kenyataan ini, dunia pun tersadar bahwa makhluk berbadan gemuk dengan mata bulat menggemaskan ini perlu dilindungi. Maka, sejak tahun 1982, 22 Maret ditetapkan sebagai Hari Anjing Laut Internasional—sebuah panggilan bagi umat manusia untuk berhenti mengeksploitasi mereka.
Anjing laut adalah bagian dari keluarga pinniped, yang berarti “berkaki sirip” dalam bahasa Latin. Mereka tidak bisa berjalan dengan sirip seperti singa laut, melainkan lebih sering menggeser tubuhnya di daratan. Namun di dalam air, mereka adalah perenang ulung yang mampu menyelam hingga kedalaman 600 meter!
Meskipun banyak yang hidup di kawasan Arktik dan Antartika, kecintaan manusia terhadap anjing laut tidak mengenal batas. Kini, setiap 22 Maret, dunia diingatkan untuk terus melindungi makhluk ini agar tetap bisa bermain di lautan dengan bebas.
Metta, Cinta Kasih yang Mengubah Dunia
Nun jauh di masa lalu, di sebuah hutan yang sunyi, sekelompok biksu berdiam untuk melakukan retret. Namun, mereka merasa tidak diterima oleh roh-roh yang mendiami hutan itu. Ketakutan menyelimuti mereka, dan mereka pun kembali kepada Buddha, memohon agar tidak dikirim kembali ke sana.
Alih-alih memberi izin untuk pergi, Buddha malah mengajarkan mereka tentang metta—sebuah ajaran cinta kasih tanpa syarat. Dengan pikiran dan hati yang terbuka, mereka kembali ke hutan, dan yang terjadi sungguh ajaib. Roh-roh yang tadinya menolak kehadiran mereka kini menyambut mereka dengan hangat.
Sejak saat itu, ajaran metta menjadi salah satu prinsip utama dalam agama Buddha. Dan karena besarnya nilai cinta kasih ini, maka 22 Maret ditetapkan sebagai Hari Metta Sedunia.
Di hari ini, manusia diajak untuk meluangkan waktu sejenak, menutup mata, dan memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk di dunia. Tidak ada kebencian, tidak ada dendam, hanya kehangatan dan kebaikan yang mengalir dalam diri.
Sebuah Hari, Tiga Makna yang Mendalam
Begitulah 22 Maret, hari yang penuh dengan pengingat bagi manusia. Bahwa air harus dijaga, bahwa anjing laut berhak atas kehidupan yang bebas, dan bahwa cinta kasih bisa mengubah dunia.
Maka, ketika tanggal ini datang, mungkin kita bisa melakukan sesuatu—menghemat air, menyuarakan perlindungan bagi satwa liar, atau sekadar mengirimkan doa dan energi baik untuk semua makhluk. Karena pada akhirnya, dunia ini bukan hanya milik kita, tetapi juga mereka yang berbagi kehidupan dengan kita.