Muhammad Nasir, bersiap untuk menangkap kepiting di Kawasan Mangrove Lembung Paseser, Bangkalan, Jumat (05/12/2025). (Foto: Muhammad Iffan Maulana)
Bangkalan, Headlinejatim.com— Menjelang senja, Muhammad Nasir (59) melangkah perlahan membelah lumpur di pesisir Lembung Paseser, Bangkalan, Madura. Di tangannya, tersampir beberapa perangkap kepiting. Tepat pukul 16.00 WIB, Nasir memulai rutinitas yang telah ia lakoni selama tiga dekade, menjemput rezeki dari pasang laut.
Lahir dan besar di Lembung Paseser, Nasir telah menjadi penangkap kepiting sejak awal 1990-an. Jauh sebelum kawasan ini menjadi area konservasi, ia sudah akrab dengan sirkulasi tambak dan pasang surut air laut.
“Saya di sini sejak tahun 90-an, saat tambak mulai marak,” ujar Nasir saat ditemui, Jumat (5/12/2025).
Sore itu, Nasir tidak sendirian. Sekitar tujuh nelayan lain tampak berpencar memasang jebakan. Polanya sederhana namun melelahkan, umpan dipasang sore hari dan diambil kembali saat malam, sekitar pukul 21.00 WIB. Durasi perjalanan pun bergantung pada lokasi.
“Kalau dekat gubuk cukup satu jam. Jika harus ke ujung hutan mangrove, bisa jalan kaki sampai dua jam,” ungkapnya sembari melempar senyum.
Hasil tangkapan Nasir sangat bergantung pada alam. Dalam sehari, ia biasanya membawa pulang satu hingga dua kilogram kepiting. Namun, ada kalanya ia pulang dengan tangan hampa atau bahkan tidak melaut sama sekali saat air sedang kecil.
“Kalau air kecil ya tidak masang, seminggu bisa masang seminggu tidak”, imbuh Nasir.

Soal ekonomi, kepiting hasil tangkapannya langsung dijual ke pengepul pada malam yang sama. Harga fluktuatif mengikuti ukuran, berkisar antara Rp50.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Namun, saat momentum Natal dan Tahun Baru seperti ini, harga bisa melonjak hingga Rp150.000 per kilogram.
Mangrove sebagai Rumah dan Pelindung
Bagi Nasir, rimbunnya hutan mangrove adalah berkah. Sejak kawasan tersebut dikelola secara konservasi, ia merasakan kepiting lebih mudah didapat. Akar mangrove menjadi habitat ideal bagi kepiting untuk bersembunyi dan berkembang biak.
“Sejak ada mangrove, kepiting makin banyak. Mereka biasanya membuat lubang di sela-sela akar,” tuturnya.
Lebih dari sekadar sumber ekonomi, Nasir memandang mangrove sebagai benteng pertahanan bagi desanya. Ia mengapresiasi upaya penanaman mangrove yang dilakukan oleh Agrie Conservation. Di matanya, konservasi bukan sekadar pelestarian lingkungan, melainkan investasi keamanan bagi warga pesisir.
“Penting sekali (mangrove) untuk menangkis laut (abrasi) dan menjaga keamanan pemukiman,” tambahnya.
Harapan Nasir sederhana. Ia ingin hutan mangrove di Lembung Paseser tumbuh semakin lebat. Baginya, lestarinya mangrove adalah jaminan bahwa pekerjaan yang ia tekuni sejak muda tetap bisa bertahan.
Di antara lumpur yang pekat dan pasang yang tak menentu, Nasir memahami satu kebenaran sederhana, menjaga mangrove berarti merawat nafas hidupnya sendiri.






