Ribuan Karang Hias Baluran Jadi Senjata Baru Melawan Krisis Iklim

Baluran, headlinejatim.com —Laut Bilik Merak kembali menjadi saksi ketika kehidupan dikembalikan ke rumah asalnya. Sebanyak 2.714 karang hias dari 22 jenis dilepaskan kembali ke perairan Taman Nasional Baluran dalam sebuah kegiatan restocking yang bertepatan dengan peringatan Hari Konservasi Satwa Liar Internasional 4 Desember 2025. Di bawah cerahnya langit, para penyelam dari Balai Besar KSDA Jawa Timur, Taman Nasional Baluran, TNI Angkatan Laut, pemegang izin transplantasi karang, dan komunitas Misi Bahari turun satu per satu membawa potongan kehidupan yang telah lama mereka rawat.

Kegiatan ini diawali sambutan Kepala Balai Taman Nasional Baluran Agus Setiabudi, Kepala Puslatpur Marinir Baluran Mayor Marinir Andy Sinaga, serta arahan langsung dari Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur Nur Patria Kurniawan yang menegaskan pentingnya sinergi pemangku kepentingan dalam mengembalikan fungsi ekologis wilayah pesisir Jawa Timur.

Read More

Karang hias yang dilepas bukan berasal dari alam liar. Mereka merupakan hasil transplantasi dari 19 unit perusahaan pemegang izin budidaya karang hias di bawah binaan BBKSDA Jawa Timur. Setiap unit usaha diwajibkan mengembalikan 10% hasil transplantasi mereka ke alam sebagai bentuk komitmen konservasi, sebuah kebijakan yang kini terbukti menjadi model kolaborasi antara sektor usaha dan konservasi.

Dalam dunia konservasi laut, langkah ini bukan sekadar simbolis. Karang adalah “arsitek” ekosistem pesisir. Struktur bercabang dan masifnya menyediakan tempat berlindung, memijah, dan mencari makan bagi ratusan spesies ikan dan invertebrata. Kehilangan karang berarti kehilangan seluruh tatanan kehidupan di atasnya. Ketika dunia menghadapi laju pemutihan karang akibat perubahan iklim, inisiatif seperti restocking menjadi garis pertahanan terakhir bagi terumbu yang masih bertahan.

Perairan Bilik Merak bukan sekadar lokasi pelepasliaran hasil transplantasi, ia adalah laboratorium alam. Arus yang stabil, kejernihan perairan, dan keberadaan terumbu karang alami menjadikan kawasan ini tempat ideal untuk mengembalikan koloni baru. Para penyelam menempatkan setiap karang pada substrat yang telah dibersihkan, memastikan mereka mendapat sinar matahari cukup dan ruang tumbuh yang memadai.

Setiap potongan karang membawa harapan, bahwa dari satu fragmen kecil dapat tumbuh koloni besar yang memberikan oksigen, mendukung produktivitas perikanan, dan menguatkan benteng pesisir dari abrasi dan badai.

Kegiatan restocking ini menjadi bukti bahwa konservasi tidak hanya bertumpu pada lembaga pemerintah. Industri budidaya, komunitas penyelam, dan militer bahari memiliki peran yang sama penting. Para pemegang izin transplantasi karang kini tidak hanya berorientasi produksi, tetapi turut menciptakan lanskap ekologis yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Kepala BBKSDA Jawa Timur Nur Patria Kurniawan menegaskan dalam arahannya bahwa “Konservasi bukan lagi pilihan, melainkan kewajiban moral dan ekologis. Kita tidak hanya menjaga hari ini, tetapi memastikan laut tetap hidup bagi generasi setelah kita.”

Pesisir Jawa Timur adalah salah satu bentang ekosistem terpenting di Indonesia. Terumbu karang Baluran berperan sebagai penyangga keanekaragaman hayati dan kawasan pemijahan bagi berbagai spesies ikan ekonomis. Restocking karang hias menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesehatan terumbu, mempercepat proses pemulihan alami, dan memperkuat resiliensi ekosistem terhadap tekanan perubahan iklim.

Dengan bertambahnya ribuan koloni dari hasil transplantasi ini, harapan untuk melihat Baluran sebagai benteng keanekaragaman hayati laut Indonesia semakin nyata.

Pada akhirnya, setiap karang yang kembali ke laut membawa pesan sederhana namun kuat: bahwa alam akan pulih, selama manusia memilih untuk menjadi bagian dari pemulihannya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *