Krisis Murid Baru di SDN 375 Bawean: Merger atau Putus Sekolah?

GRESIK, headlinejatim.com – Sekolah Dasar Negeri (SDN) 375 di Dusun Tanah Merah, Desa Paromaan, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, tengah menghadapi krisis murid baru pada tahun ajaran 2025. Kondisi ini mengancam kelangsungan pendidikan di sekolah yang terletak di puncak pegunungan, jauh dari permukiman padat, dan hanya dihuni oleh 42 kepala keluarga.

Plt Kepala SDN 375, Saiful Bahri, menjelaskan bahwa pada tahun ajaran ini, sekolahnya tidak memiliki satu pun murid baru yang mendaftar. “Tahun ini memang tidak ada lulusan RA atau TK yang masuk SD. Selain karena usia anak-anak yang belum cukup, sebagian besar warga merantau, dan banyak rumah kosong di dusun ini,” ungkap Saiful, Jumat (18/7/2025).

Read More

Menurut Saiful, sejumlah warga Dusun Tanah Merah bekerja di luar daerah, sehingga jumlah anak usia sekolah di wilayah tersebut sangat terbatas. “Tahun depan, kami prediksi hanya akan ada empat anak yang bisa masuk sekolah,” lanjutnya.

Selain masalah rendahnya jumlah anak, tantangan geografis juga turut memperparah kondisi. Sekolah terdekat selain SDN 375 terletak sekitar 4 kilometer di dusun lain, dengan medan yang berbukit, licin, dan sangat sulit diakses, terutama saat musim hujan. “Jika SDN 375 ditutup atau digabungkan dengan sekolah lain, anak-anak di sini mungkin tidak akan sekolah lagi,” tegas Saiful dengan nada prihatin.

Saat ini, jumlah siswa di SDN 375 hanya sekitar 15 orang yang tersebar dari kelas 1 hingga kelas 6. Bahkan, rata-rata tiap kelas hanya diisi oleh dua siswa. “Dulu jumlah siswa kami sempat mencapai 30-an, tapi kini menurun karena faktor kelahiran yang rendah dan sebagian besar orangtua memilih merantau ke luar Bawean,” katanya.

Meskipun demikian, dari sisi infrastruktur, SDN 375 relatif beruntung karena bangunan sekolahnya tidak terdampak gempa yang melanda Bawean tahun lalu. “Kami justru mendapatkan bantuan renovasi, jadi dari sisi fasilitas, sekolah kami cukup memadai,” tambahnya.

Namun, di balik itu, masalah utama terletak pada sistem alokasi anggaran yang dihitung berdasarkan jumlah siswa. Hal ini membuat SDN 375 kerap mendapatkan jatah anggaran yang jauh lebih kecil dibandingkan sekolah-sekolah lain dengan jumlah siswa yang lebih banyak. “Kami tetap mendapatkan bantuan, tetapi jumlahnya terbatas,” jelas Saiful.

Pemerintah Kabupaten Gresik telah menggagas program pemerataan pendidikan di daerah terpencil yang bernama Invest (Infrastruktur Pendidikan Desa Terpencil), yang memungkinkan sekolah-sekolah dengan jumlah siswa sedikit tetap beroperasi meskipun dengan fasilitas dan anggaran terbatas. Namun, kebijakan merger sekolah yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah lokal justru menambah kekhawatiran.

“Jika kebijakan merger diterapkan di sini, anak-anak bisa benar-benar berhenti sekolah. Ini bukan hanya soal biaya, tetapi juga akses yang sangat sulit dijangkau,” kata Saiful, yang sudah melakukan komunikasi dengan dinas pendidikan dan komite sekolah.

Kondisi ini menggambarkan sebuah dilema besar yang dihadapi oleh pendidikan di daerah terpencil. Meskipun tujuan dari kebijakan merger adalah untuk efisiensi, kenyataannya, bagi sekolah-sekolah seperti SDN 375, hal ini justru berpotensi mengancam masa depan pendidikan anak-anak di Dusun Tanah Merah.

Dengan segala keterbatasannya, Saiful dan staf pengajar SDN 375 berharap adanya solusi yang lebih baik untuk memastikan pendidikan tetap berjalan dan anak-anak di daerah terpencil ini bisa melanjutkan sekolah tanpa hambatan yang berarti. Namun, waktu terus berjalan, dan ancaman penutupan sekolah semakin dekat, sementara akses ke pendidikan yang layak semakin tergerus oleh kondisi yang ada.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *