SURABAYA, headlinejatim.com — Di tengah derasnya arus digitalisasi yang memengaruhi hampir seluruh sendi kehidupan, Paguyuban MASTRIP Jawa Timur menggelar forum kebangsaan sebagai ruang refleksi sekaligus penguatan nilai-nilai nasionalisme. Kegiatan ini menghadirkan tokoh-tokoh strategis dari unsur pemerintah, akademisi, dan pegiat kebangsaan untuk membahas tantangan generasi muda di era modern.
Hadir sebagai narasumber, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur Eddy Supriyanto, S.STP., M.PSDM, Pejabat Fungsional Ahli Utama sekaligus mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jawa Timur periode 2015–2021 Supraptomo, S.Sos., M.Si, serta Bambang Prakoso, S.Sos., M.IP, dosen dan Kepala UPT Perpustakaan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) yang juga pengurus ICMI Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Ketua Paguyuban MASTRIP Jawa Timur Drs. Abimanyu Poncoadmojo Iswinanrno, M.M. menegaskan pentingnya merawat dan mewariskan spirit kebangsaan para pejuang pendahulu kepada generasi masa kini. Ia menyebut sosok Bung Tomo sebagai simbol perjuangan yang relevan lintas zaman.
“Spirit perjuangan Bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo bukan sekadar catatan sejarah. Itu adalah energi kebangsaan yang harus terus dihidupkan agar generasi hari ini tetap memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap bangsanya,” ujar Abimanyu.
Abimanyu juga menyoroti tantangan serius yang muncul di era digital. Menurutnya, kemudahan teknologi tidak selalu diiringi dengan penguatan karakter, khususnya di kalangan generasi muda.
“Fenomena serba instan, minim pengetahuan, sulit bersosialisasi, rendahnya kepedulian lingkungan, hingga tumbuhnya sikap egois menjadi pekerjaan rumah bersama yang tidak bisa diabaikan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Bakesbangpol Jawa Timur Eddy Supriyanto dalam pemaparannya menekankan pentingnya mewujudkan visi Masyarakat Jawa Timur yang Partisipatif, Demokratis, Aman, dan Damai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menegaskan bahwa sinergi lintas elemen masyarakat menjadi kunci utama menjaga ketahanan ideologi dan sosial.
“Banyak konten di media sosial yang bersifat provokatif dan berpotensi memecah belah persatuan. Karena itu, masyarakat harus cerdas, kritis, dan bijak dalam bermedia sosial,” kata Eddy.
Dari sisi pendidikan, Supraptomo mengingatkan pentingnya penguatan kompetensi generasi muda menghadapi tantangan abad ke-21 melalui penerapan kompetensi 4C, yakni creative thinking, critical thinking and problem solving, communication, dan collaboration.
“Empat kompetensi ini harus ditanamkan dalam proses pembelajaran agar generasi muda tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh secara karakter dan sosial,” ungkapnya.
Adapun Bambang Prakoso menyoroti perubahan fundamental dalam lanskap komunikasi publik di era digital. Ia menyampaikan bahwa lembaga pemerintah dan badan publik dituntut untuk lebih adaptif, transparan, dan partisipatif dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Tak hanya itu, Bambang juga menekankan pentingnya menumbuhkan minat dan budaya baca sebagai fondasi utama literasi masyarakat. “Budaya baca tidak tumbuh secara instan. Ia harus dibangun melalui ekosistem literasi yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara berkelanjutan,” jelas Bambang.
Melalui forum kebangsaan ini, Paguyuban MASTRIP Jawa Timur berharap nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, literasi, serta etika digital dapat terus ditanamkan dan diwariskan kepada generasi muda.
Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat menjadi langkah strategis untuk menjaga persatuan, memperkuat karakter bangsa, serta memastikan Indonesia tetap kokoh menghadapi tantangan zaman.






