GRESIK, headlinejatim.com – Pemerintah Kabupaten Gresik melalui Dinas Kesehatan terus memperkuat upaya percepatan eliminasi Tuberculosis (TBC) dengan target ambisius mencapai zero TBC pada tahun 2028. Target tersebut dipasang dua tahun lebih cepat dari target nasional, sehingga Dinkes Gresik kini menggenjot skrining, deteksi dini, hingga edukasi publik secara masif.
Langkah ini ditegaskan dalam Seminar Kesehatan bertema “Jaga Diri, Jaga Lingkungan: Waspadai TBC Sebelum Menyebar” yang digelar bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik di GNI, Selasa (9/12). Seminar dihadiri Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah sebagai narasumber.
Ketua PWI Gresik, Deni Ali Setiono, menyatakan bahwa peran media sangat penting dalam mengedukasi masyarakat terkait bahaya TBC. Menurutnya, TBC adalah penyakit yang tidak selalu tampak mencolok namun berpotensi berbahaya jika tidak segera ditangani.
“Ini juga tugas pers untuk terus memberikan informasi positif dan edukatif kepada masyarakat,” ujarnya. Ia menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2025 terdapat 2.740 kasus TBC di Gresik sehingga percepatan penanganan harus menjadi perhatian serius.
Kepala Dinkes Gresik Mukhibatul Khusnah mengungkapkan bahwa Pemkab Gresik telah memiliki regulasi lengkap untuk mendukung percepatan eliminasi TBC, termasuk Peraturan Bupati dan Keputusan Bupati. Ia menegaskan bahwa target eliminasi tahun 2028 selaras dengan program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Eliminasi nasional ditetapkan tahun 2030, sementara Gresik menargetkan tahun 2028. Karena itu, kolaborasi lintas sektor kami gencarkan,” jelasnya. Untuk mencapai target tersebut, sebaran kasus harus ditekan hingga 65 per 100 ribu penduduk—sementara angka saat ini masih di 199 per 100 ribu penduduk.
Dinkes Gresik kini memperluas skrining TBC dengan mengintegrasikannya ke layanan pemeriksaan lain, seperti skrining stunting di Posyandu dan pemeriksaan diabetes. Selain itu, sepuluh puskesmas telah mampu melakukan Tes Cepat Molekuler (TCM), sehingga pasien tidak lagi harus dirujuk ke RSUD Ibnu Sina. Semua layanan, mulai pemeriksaan hingga pengobatan, diberikan secara gratis.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengapresiasi sinergi Dinkes dan PWI dalam menggerakkan edukasi publik. Ia berharap kerja sama tersebut tidak berhenti pada seminar, namun berlanjut ke lapangan, termasuk menyasar pondok pesantren sebagai lokasi sosialisasi dan skrining TBC.
“TBC ini perhatian kita bersama. Yang paling penting, TBC bisa disembuhkan,” tegasnya.
Gus Yani juga mengingatkan masyarakat untuk menjaga lingkungan tempat tinggal maupun tempat belajar. Faktor ventilasi, pencahayaan, dan kelembapan harus diperhatikan agar penularan bisa ditekan. Ia meminta masyarakat segera melapor jika menemukan indikasi kasus TBC di lingkungan sekitar.
Selain memperkuat aspek medis, Pemkab Gresik juga menekankan pentingnya menghilangkan stigma terhadap penderita TBC. “Yang harus digarisbawahi, TBC bisa sembuh. Jangan ada diskriminasi,” pungkasnya.
Dengan sinergi pemerintah, tenaga kesehatan, media, dan masyarakat, Gresik optimistis dapat mewujudkan daerah bebas TBC pada 2028.






