Tingkatkan Kompetensi SDM dan Daya Saing Teknologi, Kadin Jatim Ajak Industri Perkuat Pemagangan 2026

‎SURABAYA, headlinejatim.com —Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, menegaskan bahwa keterlibatan industri sangat krusial dalam membuka kesempatan pemagangan yang didukung pembiayaan pemerintah. Menurutnya, Jawa Timur sempat hampir tersusul Jawa Tengah dalam hal serapan pemagangan berprogram pemerintah, sehingga pada tahun 2026 pihaknya ingin memastikan keterlibatan industri meningkat signifikan.

‎Ajakan tersebut dikatakan Adik saat acara Sosialisasi Program Ajakan Industri 2026 digelar di Graha Kadin Jawa Timur, Surabaya, Kamis (20/11/2025). Kegiatan ini mempertemukan pelaku industri, perguruan tinggi, dan pemerintah untuk memperkuat komitmen dalam memberikan ruang pemagangan bagi mahasiswa serta mendorong hilirisasi riset sebagai penguatan kompetensi tenaga kerja masa depan.

‎“Ajakan industri 2026 buat kami juga sangat penting, tolong dimanfaatkan kesempatan untuk menerima pemagangan yang programnya pemerintah yang dapat uang saku itu,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa keberhasilan pemagangan sangat ditentukan oleh kesiapan instruktur di perusahaan. Karena itu, Kadin turut diberi tugas untuk mensertifikasi pelatih tempat kerja agar pemagangan tersusun dan menghasilkan kompetensi nyata.

‎Dalam kesempatan itu, Adik juga membagikan pengalaman industri yang mendapatkan manfaat langsung dari pemagangan. Ia menceritakan bagaimana mahasiswa magang mampu menyelesaikan persoalan efisiensi dan teknologi yang selama ini menjadi beban industri. “Ketika saya terima pemagangan itu, anak-anak magang telepon dosennya untuk bagaimana memecahkan problem yang dihadapi industri,” ungkapnya. Ia menegaskan, teknologi terapan dari kampus dapat menjadi solusi nyata bagi kebutuhan industri, terutama dalam efisiensi dan digitalisasi.

‎Sementara itu, Direktur PENS, Arif Irwansyah, menilai program Ajakan Industri merupakan momentum mempererat hubungan antara kampus dan dunia usaha. Ia menyebut lebih dari 300 perwakilan industri hadir dalam acara tersebut, menunjukkan tingginya minat industri untuk berkolaborasi.

‎Arif menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis laboratorium yang diterapkan PENS memungkinkan mahasiswa menghasilkan riset yang aplikatif. “Harapannya apa-apa yang kami kembangkan itu bisa dimanfaatkan oleh industri, atau sebaliknya industri menyampaikan ke kami untuk mengoptimalkan produk,” jelasnya. Menurutnya, kampus memiliki SDM riset yang kuat, sementara industri memahami kebutuhan pasar. Kolaborasi keduanya akan menghasilkan solusi yang saling melengkapi.

‎Ia juga menyampaikan hasil studi ke Jepang terkait pola kolaborasi antara industri, kampus dan pemerintah. “Poin pentingnya adalah masing-masing pihak paham potensi masing-masing, ketika ketiga stakeholder ini bersatu maka kemanfaatannya akan semakin besar,” ujarnya. Arif berharap kegiatan ini tidak berhenti di diskusi, tetapi berlanjut pada rencana kerja nyata seperti identifikasi kebutuhan teknologi industri Jawa Timur.



‎Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Iwan, yang hadir dalam kegiatan tersebut menegaskan bahwa penguatan SDM merupakan fondasi ekonomi daerah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi terhadap sinergi industri dan kampus dalam mendorong inovasi yang berdampak pada produktivitas. “Menyiapkan tenaga kerja yang berikan income terhadap negara, teman-teman semuanya yang menggerakkan roda perekonomian,” katanya.

‎Ia menambahkan bahwa kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 31,16% terhadap PDRB Jawa Timur menunjukkan pentingnya inovasi berkelanjutan agar daya saing tetap terjaga. Karena itu, ia mendorong industri memanfaatkan potensi riset kampus dan program hilirisasi riset yang diprakarsai pemerintah.

‎Iwan menjelaskan bahwa tidak semua industri memiliki akses terhadap teknologi atau kemampuan mengembangkan inovasi secara mandiri. “Akses untuk mendapatkan inovasi teknologi masih menjadi kesulitan bagi sebagian besar industri Jawa Timur, kegiatan ini sangat luar biasa mudah-mudahan mampu mendorong inovasi di Jawa Timur,” tegasnya. Ia mengajak seluruh pelaku industri untuk aktif mengajukan kebutuhan teknologi agar dapat dijembatani melalui program pemerintah dan riset perguruan tinggi.

‎Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendikstaintek, Fauzan Adziman, menjelaskan arah kebijakan riset nasional yang kini digerakkan dari permasalahan nyata industri. “Riset tidak lagi berbasis keinginan peneliti, tetapi kami mendengarkan apa yang dibutuhkan industri,” tegasnya. Menurutnya, hilirisasi riset hanya dapat berhasil bila industri menjadi pemimpin riset dan kampus menjadi mitra penyelesai masalah.

‎Ia memaparkan bahwa Indonesia memiliki kekuatan riset besar dengan 300 ribu dosen dan sekitar 10 juta mahasiswa yang dapat diberdayakan untuk pemecahan masalah industri. “Artinya kita memiliki sumber daya manusia talenta yang tersebar di seluruh Indonesia yang bisa membantu proses pengembangan teknologi di industri,” katanya. Program Ajakan Industri, kata Fauzan, memungkinkan perusahaan mengajukan masalah teknologi, kemudian dicari kampus yang paling relevan melalui platform nasional.

‎Fauzan juga mengungkapkan besaran pendanaan riset prioritas dan strategis tahun 2026 yang mencapai lebih dari Rp4 triliun. Ia menegaskan bahwa program tersebut tidak hanya menghasilkan riset, tetapi juga menyiapkan jalur hilirisasi melalui kolaborasi dengan bank Himbara untuk mendukung investasi teknologi. “Kami membuat conveyor dari hulu sampai hilir, dari riset, prototipe, standar, hingga investasi,” jelasnya.

‎Acara ini diakhiri dengan ajakan bersama agar industri Jawa Timur tidak ragu menerima pemagangan, mengajukan kebutuhan teknologi, serta terlibat aktif dalam hilirisasi riset. Kolaborasi industri, kampus, pemerintah diharapkan mampu mempercepat transformasi ekonomi wilayah dan melahirkan SDM unggul yang sesuai kebutuhan industri masa depan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *