Temuan Mikroplastik di Udara Indonesia 2025: Ancaman dari Hujan Mikroplastik

Penelitian ECOTON dan SEIJ Ungkap Fakta Mencengangkan: Jakarta Terkontaminasi Mikroplastik Tertinggi di Indonesia

 

Surabaya – Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SEIJ) telah menyelesaikan penelitian kontaminasi mikroplastik di udara ambien di 18 kota/kabupaten di Indonesia pada periode Mei–Juli 2025. Hasil penelitian ini menunjukkan fakta yang sangat mencengarkan: lima kota dengan kontaminasi mikroplastik tertinggi didominasi oleh wilayah metropolitan, dengan Jakarta Pusat memimpin sebagai kota terkontaminasi mikroplastik tertinggi di Indonesia.

Read More

Berdasarkan data penelitian, lima kota dengan kontaminasi mikroplastik udara tertinggi adalah:

  1. Jakarta Pusat: 37 partikel per 2 jam per 90 cm
  2. Jakarta Selatan: 30 partikel per 2 jam per 90 cm
  3. Bandung: 16 partikel per 2 jam per 90 cm
  4. Semarang: 13 partikel per 2 jam per 90 cm
  5. Kupang: 13 partikel per 2 jam per 90 cm

“Temuan ini sangat memprihatinkan, terutama karena Jakarta yang merupakan ibu kota negara ternyata memiliki tingkat kontaminasi mikroplastik udara tertinggi di Indonesia,” ujar Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON.

Grafik kontaminasi mikroplastik di 18 kota Indonesia

Penelitian ini mengidentifikasi tiga jenis mikroplastik yang ditemukan di udara, dengan persentase sebagai berikut:

  • Fragmen: 53,26%
  • Fiber (serat): 46,14%
  • Film: 0,6%

Data ini menunjukkan bahwa mikroplastik dalam bentuk fragmen dan fiber mendominasi kontaminasi udara di seluruh kota yang diteliti, sementara film hanya ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil.

Air Hujan Jakarta Terkontaminasi Mikroplastik: Fenomena “Hujan Mikroplastik”

Penelitian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap fakta lain yang tak kalah mengkhawatirkan: air hujan di Jakarta mengandung partikel mikroplastik. Menurut M Reza Cordova, peneliti BRIN, mikroplastik dalam air hujan berasal dari beberapa sumber utama, antara lain serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran sampah plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka.

“Dalam 1 meter persegi area penelitian, kami menemukan 15 partikel mikroplastik yang terdiri dari serat sintetis dan fragmen dari jenis polimer Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen, dan polibutadien yang berasal dari ban kendaraan,” jelas Cordova.

Temuan BRIN ini didukung oleh hasil penelitian ECOTON dan SEIJ yang menunjukkan bahwa kontaminasi mikroplastik di udara Jakarta menempati peringkat teratas dibandingkan dengan kota-kota lain yang diteliti di Indonesia.

“Tingginya mikroplastik di udara Jakarta berdampak pada tingginya kadar mikroplastik dalam air hujan, karena air hujan menyerap material di atmosfer udara sehingga mikroplastik yang ada di udara tertangkap air hujan dan larut di dalamnya,” ungkap Rafika Aprilianti.

Fakta ini menunjukkan adanya hubungan langsung antara kontaminasi mikroplastik di udara dengan kontaminasi mikroplastik dalam air hujan, yang kini dikenal sebagai fenomena “hujan mikroplastik” di Jakarta.

Jakarta, Kota dengan Kadar Mikroplastik Udara Tertinggi di Indonesia

Hasil penelitian ECOTON dan SEIJ secara tegas menyimpulkan bahwa Jakarta adalah kota dengan kadar mikroplastik udara tertinggi di Indonesia. Hal ini didasarkan pada temuan 37 partikel mikroplastik dalam periode waktu 2 jam di Jakarta Pusat, jauh di atas kota lain seperti Malang yang hanya mencatat 2 partikel mikroplastik dalam periode waktu yang sama.

Jenis mikroplastik yang ditemukan di udara terdiri dari dua jenis dominan, yaitu serat fiber dan fragmen, selain jenis filamen yang jumlahnya lebih sedikit. Komposisi ini memberikan gambaran tentang sumber utama mikroplastik yang ada di udara perkotaan.

“Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik di udara karena 57% kebiasaan membakar sampah plastik akibat buruknya layanan sampah di Indonesia menyumbang tingginya temuan kadar partikel mikroplastik di udara kita,” ungkap Sofi Azilan Aini, Koordinator Relawan Riset Mikroplastik ECOTON.

Jenis polimer mikroplastik yang ditemukan di udara Indonesia

Jenis polimer yang ditemukan di udara lebih beragam dibandingkan dengan jenis polimer yang ditemukan di air hujan. Selain lima jenis polimer yang ditemukan dalam air hujan (Poliester, Nilon, polietilena, polipropilen, dan polibutadien), peneliti ECOTON dan SEIJ juga menemukan polimer tambahan di udara, yaitu:

  • PTFE (Polytetrafluoroethylene)
  • Epoxy
  • Poliisobutylen (karet sintetis)
  • Poliolefin
  • Silika

Keragaman jenis polimer ini menunjukkan bahwa mikroplastik di udara berasal dari berbagai sumber, mulai dari tekstil sintetis, komponen kendaraan, produk rumah tangga, hingga sisa pembakaran sampah plastik.

Hotspot Mikroplastik di Jakarta: Pasar Tanah Abang dan Faktor Pemicu

Titik pengambilan sampel udara di Jakarta mencakup tiga lokasi strategis: Pasar Tanah Abang, Jalan Sawah Besar, dan Kawasan Ragunan. Di antara ketiga lokasi tersebut, Pasar Tanah Abang yang merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara menjadi hotspot mikroplastik akibat kombinasi beberapa faktor:

  1. Lalu lintas kendaraan tinggi
  2. Penggunaan plastik sekali pakai yang masif
  3. Aktivitas bongkar-muat barang yang padat
  4. Pelepasan serat sintetis dari pakaian tekstil

“Fragmen dan fiber mikroplastik yang beterbangan di udara inilah yang kemudian terdispersi oleh angin dan berpotensi turun bersama air hujan, menjelaskan fenomena ‘hujan mikroplastik’ yang kini menjadi sorotan di Jakarta,” jelas Sofi Azilan Aini.

Sementara itu, kota dengan kelimpahan mikroplastik udara terendah ditemukan di Malang, hanya 2 partikel dalam 2 jam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

  • Rendahnya aktivitas industri
  • Minimalnya pembakaran sampah
  • Dominasi vegetasi alami yang mampu menyerap polutan

Perbandingan antara Jakarta dan Malang menunjukkan betapa besar pengaruh aktivitas manusia terhadap kontaminasi mikroplastik di udara perkotaan.

Bahaya Mikroplastik: Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan

Mikroplastik, yang didefinisikan sebagai potongan kecil plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, bukanlah ancaman yang sepele. Menurut Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON, mikroplastik memiliki sifat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

“Mikroplastik adalah potongan kecil plastik berukuran kurang dari 5 milimeter. Permukaannya mudah mengikat zat beracun di sekitarnya, seperti logam berat dan bahan kimia berbahaya lainnya. Karena itu, mikroplastik bisa menjadi hingga 106 kali lebih beracun dibandingkan logam berat tunggal, sebab membawa campuran berbagai polutan sekaligus,” jelas Rafika.

Tabel berikut menunjukkan perbandingan tingkat bahaya mikroplastik dengan polutan lainnya:

Bahaya mikroplastik tidak hanya terbatas pada kesehatan manusia, tetapi juga ekosistem secara keseluruhan. Ketika mikroplastik terbawa oleh udara dan kemudian jatuh bersama air hujan, ia dapat mencemari tanah, badan air, dan akhirnya masuk ke dalam rantai makanan.

Metode Penelitian: Teknologi Canggih untuk Deteksi Mikroplastik

Penelitian kontaminasi mikroplastik di udara yang dilakukan oleh ECOTON dan SEIJ menggunakan metode yang ketat dan teknologi canggih untuk memastikan akurasi hasil. Metode penelitian ini mengadopsi pendekatan deposisi pasif mikroplastik udara dengan analisis mikroskopik dan spektroskopi inframerah Fourier Transform (FTIR) untuk memastikan jenis polimernya.

Langkah-langkah penelitian meliputi:

  1. Penempatan Cawan Petri Kaca: Cawan petri kaca ditempatkan pada ketinggian 1–1,5 meter (zona pernapasan manusia) di lokasi representatif tiap kota. Ketinggian ini dipilih karena merupakan zona di mana manusia paling sering menghirup udara.
  2. Penangkapan Partikel: Partikel mikroplastik ditangkap melalui deposisi alami selama 2 jam menggunakan kertas Whatman basah steril. Metode ini memastikan bahwa partikel yang terkumpul benar-benar berasal dari udara ambien.
  3. Analisis Mikroskopik: Pemisahan partikel plastik dengan mikroskop stereo untuk identifikasi bentuk (fiber, film, fragmen), warna, dan ukuran partikel mikroplastik.
  4. Konfirmasi Jenis Polimer: Identifikasi jenis polimer dengan FTIR untuk memastikan komposisi kimia dari setiap partikel mikroplastik yang ditemukan.

“Metode ini mengacu pada penelitian Islam et al. (2024) dan Aini et al. (2024) serta disesuaikan dengan konteks lingkungan perkotaan Indonesia,” jelas Sofi Azilan Aini.

Standar operasional prosedur (SOP) yang ketat dalam penelitian ini memastikan bahwa data yang diperoleh valid dan dapat dibandingkan antar kota. Setiap sampel diambil dengan kondisi cuaca yang relatif serupa untuk menghindari bias akibat faktor meteorologis.

Sumber Mikroplastik di Udara: Dari Tekstil hingga Pembakaran Sampah

Menurut Sofi Azilan Aini, Koordinator Relawan Riset Mikroplastik ECOTON, sumber utama mikroplastik di udara berasal dari beberapa aktivitas manusia yang umum terjadi di perkotaan. “Sumber utama mikroplastik di udara berasal dari pembakaran terbuka sampah plastik dan sampah rumah tangga, degradasi produk plastik dan tekstil sintetis, serta emisi kendaraan bermotor akibat gesekan ban dan rem,” ungkapnya.

Berikut adalah rincian sumber mikroplastik di udara beserta kontribusinya:

1. Pembakaran Terbuka Sampah Plastik (57%)

Pembakaran sampah plastik secara terbuka masih marak dilakukan di banyak kota di Indonesia akibat buruknya layanan pengelolaan sampah. Proses ini menghasilkan partikel mikroplastik dan aerosol sintetis yang bertahan lama di udara.

2. Tekstil Sintetis (25%)

Pakaian dan produk tekstil berbahan sintetis seperti poliester, nilon, dan akrilik dapat melepaskan serat mikroplastik ke udara melalui proses aus, pencucian, dan penggunaan sehari-hari.

3. Emisi Kendaraan (15%)

Gesekan ban dan rem kendaraan menghasilkan partikel mikroplastik yang terdiri dari berbagai polimer, termasuk polibutadien, poliolefin, dan silika.

4. Degradasi Plastik di Ruang Terbuka (3%)

Plastik yang terbuang di lingkungan akan terdegradasi akibat sinar UV, suhu, dan faktor lingkungan lainnya, menghasilkan mikroplastik yang dapat terbawa angin.

Beberapa studi internasional menunjukkan bahwa proses pembakaran plastik dapat menghasilkan partikel mikroplastik dan aerosol sintetis yang bertahan lama di udara dan terbawa angin hingga ratusan kilometer. Ketika partikel-partikel ini bereaksi dengan uap air di atmosfer, mereka dapat turun bersama air hujan dan membentuk fenomena yang kini dikenal sebagai hujan mikroplastik.

“Kita perlu memahami bahwa mikroplastik di udara adalah masalah kompleks yang memerlukan solusi komprehensif, mulai dari pengurangan sumbernya hingga penanganan limbah yang lebih baik,” tambah Sofi.

Rekomendasi Kebijakan ECOTON untuk Pengendalian Mikroplastik

Menanggapi hasil penelitian yang mengkhawatirkan ini, ECOTON mendorong Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengambil langkah-langkah strategis berikut dalam mengendalikan kontaminasi mikroplastik, khususnya di Jakarta:

1. Melarang Pembakaran Sampah Terbuka

ECOTON menekankan pentingnya larangan pembakaran sampah terbuka dan memperkuat penegakan hukum lingkungan di tingkat kelurahan. Pembakaran sampah terbuka merupakan sumber utama mikroplastik di udara dengan kontribusi sebesar 57% berdasarkan penelitian.

2. Meningkatkan Fasilitas Pemilahan Sampah

Pemerintah perlu meningkatkan fasilitas pemilahan sampah dari sumber serta memperluas jaringan zerowaste cities di setiap kecamatan. Pendekatan ini akan mengurangi volume sampah plastik yang berpotensi menjadi mikroplastik.

3. Mengembangkan Sistem Pengolahan Organik

Pengembangan sistem pengolahan organik (kompos dan biodigester) dapat mengurangi volume sampah yang berpotensi dibakar. Dengan memisahkan sampah organik dari anorganik, pengelolaan sampah menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan.

4. Pemantauan Berkala Mikroplastik

ECOTON merekomendasikan agar dilakukan pemantauan berkala kandungan mikroplastik di udara dan air hujan Jakarta sebagai dasar kebijakan berbasis sains. Data berkala ini penting untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan yang diimplementasikan.

5. Penguatan Kampanye Publik

Pemerintah perlu menguatkan kampanye publik dan pendidikan lingkungan untuk mengubah perilaku masyarakat terhadap pembakaran sampah dan penggunaan plastik sekali pakai. Kesadaran masyarakat merupakan kunci keberhasilan pengurangan mikroplastik di lingkungan.

“Dengan langkah-langkah ini, Jakarta dapat menurunkan emisi mikroplastik udara, melindungi kesehatan masyarakat, dan membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan,” tegas Rafika Aprilianti.

Kesimpulan dan Seruan Aksi

Penelitian kontaminasi mikroplastik di udara yang dilakukan oleh ECOTON dan SEIJ bersama dengan temuan BRIN tentang mikroplastik dalam air hujan memberikan gambaran yang jelas tentang krisis pencemaran lingkungan yang sedang dihadapi Indonesia, khususnya di Jakarta. Fakta bahwa Jakarta memiliki tingkat kontaminasi mikroplastik udara tertinggi di Indonesia dengan 37 partikel per 2 jam, serta adanya fenomena “hujan mikroplastik,” menunjukkan bahwa masalah ini memerlukan perhatian segera dan tindakan konkret.

Beberapa kesimpulan penting dari penelitian ini:

  1. Masalah Serius: Kontaminasi mikroplastik di udara dan air hujan merupakan masalah lingkungan serius yang mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.
  2. Sumber Manusia: Mayoritas mikroplastik di udara berasal dari aktivitas manusia, terutama pembakaran sampah plastik (57%), tekstil sintetis (25%), dan emisi kendaraan (15%).
  3. Dampak Kesehatan: Mikroplastik dapat menjadi hingga 106 kali lebih beracun dibandingkan logam berat tunggal karena kemampuannya mengikat berbagai polutan berbahaya.
  4. Solusi Tersedia: Terdapat langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk mengurangi kontaminasi mikroplastik, mulai dari kebijakan larangan pembakaran sampah hingga peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah.

ECOTON dan SEIJ menyerukan kepada semua pihak untuk bergandengan tangan dalam mengatasi masalah mikroplastik ini. Pemerintah pusat dan daerah perlu bekerja sama dengan masyarakat, sektor swasta, dan komunitas lingkungan untuk mengimplementasikan solusi yang efektif dan berkelanjutan.

“Kita tidak bisa lagi mengabaikan ancaman mikroplastik. Setiap napas yang kita hirup, setiap tetes air hujan yang jatuh, mungkin mengandung partikel berbahaya ini. Tindakan kolektif sekarang adalah investasi untuk kesehatan generasi masa depan,” tutup Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *