NGANJUK, headlinejatim.com– Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Arifatul Choiri Fauzi menghadiri Peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Mojosari, Kabupaten Nganjuk, Kamis (23/10).
Dalam suasana penuh kekeluargaan, Gubernur Khofifah bersama Menteri PPPA duduk lesehan dan makan bersama santri di satu nampan besar berisi nasi, lauk ikan, telur dadar, dan sambal terong khas pesantren. Momen itu mencerminkan kesederhanaan dan kedekatan pemimpin dengan para santri.
“Kebersamaan seperti ini adalah wujud nilai-nilai pesantren yaitu sederhana, bersahaja, namun sarat makna kebersamaan dan keikhlasan,” ujar Gubernur Khofifah.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah mengajak ribuan santri dan santriwati Ponpes Mojosari Nganjuk untuk memperkuat rasa percaya diri dan menjadi pagar utama dalam menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Para santri harus punya percaya diri luar biasa karena pesantren dan ulama telah membuktikan diri sejak lama sebagai pagar untuk menjaga kesatuan NKRI,” pesan Gubernur Khofifah.
Bukan tanpa alasan, pendidikan Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk yang telah ada lebih 300 tahun silam, jauh mendahului pendidikan formal, disebutnya sebagai Soko Guru atau pondasi penyelenggara pendidikan di Indonesia.
Dengan pendidikan khas yang dimiliki pesantren, tercipta ekosistem yang kuat mengajarkan kesantunan, keberadaban sekaligus membentuk akhlakul kharimah. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi bekal bagi para pejuang dalam melawan penjajah dan meraih sekaligus mempertahankan kemerdekaan RI.
“Para santri sebaiknya memahami, bahwa dulu yang menyiapkan sumber daya manusia (SDM) hingga berjuang melawan penjajah, adalah para santri, pesantren dan ulama-ulama yang luar biasa besar kontribusinya,” tutur Khofifah.
Ia bahkan mencontohkan perjuangan para santri-santri di Pulau Jawa dan Madura yang berjuang mempertahankan kemerdekaan pada 22 Oktober 1945 silam, ketika tentara sekutu yang dipimpin oleh Inggris datang ke Surabaya.
“Pada saat itu, pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy’ari menyerukan santri-santri Jawa dan Madura hukumnya Fardhu ‘Ain untuk membela kemerdekaan Republik Indonesia. Yang kemudian ditetapkan sebagai Resolusi Jihad Fii Sabilillah, selanjutnya menjadi Hari Santri,” terang Gubernur Jatim.
Fakta tersebut yang kemudian menjadi dasar penetapan oleh Presiden Joko Widodo, tepat pada 22 Oktober 2015, diperingati sebagai Hari Santri Nasional.
Di akhir, Gubernur Khofifah kembali berpesan agar para santri putra maupun putri nantinya bisa mengemban amanah untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara.
“Santri itu mempunyai kekuatan luar biasa di dalam proses menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Selamat Hari Santri 2025, mari Mengawal Indonesia merdeka , menuju peradaban dunia,” pungkasnya.
Senada Gubernur Khofifah, Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dalam sambutannya juga berpesan agar para santri bisa menjadi santri dari Bumi Nganjuk ladang tanah kemenangan yang punya mental tangguh dan sukses. Ia meyakini bahwa kesuksesan itu dimulai dari keyakinan dan mental.
“Pendidikan yang membangun daerah dimulai dari membangun karakter yang penuh keagamaan dan mental,” tegasnya
Untuk itu, ia mengajak para santri agar bisa ikut serta turun langsung menyampaikan sekaligus menyerukan sisi keagamaan dari Pondok ke masyarakat.
“Saya berpesan agar para santri bisa turun ke masyarakat untuk mewarnai dari sisi keagamaan. Mari memberikan pencerahan keilmuan keagamaan kepada masyarakat,” pesannya.
Turut menjadi pembicara dalam kesempatan tersebut, Menteri Pemberdayaan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Arifatul Choiri Fauzi, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono, Utusan Khusus Presiden Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Farid Akhmad serta ratusan Santriputra dan putri Ponpes Mojosari Nganjuk.