SURABAYA, headlinejatim.com — Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, YM Philip Taula, melakukan kunjungan resmi ke Graha Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Senin (15/9/2025). Dalam pertemuan tersebut, ia diterima langsung oleh Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, beserta sejumlah pelaku usaha dari berbagai sektor strategis.
Kunjungan ini menjadi momentum penting bagi kedua belah pihak untuk memperluas kerja sama, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis. Jawa Timur sebagai salah satu pusat ekonomi terbesar di Indonesia dianggap memiliki peran kunci dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
Philip Taula sendiri bukan sosok asing bagi Indonesia. Ia pernah bertugas di Jakarta pada periode 1999–2002, dan sejak Februari 2025 kembali dipercaya memimpin misi diplomatik Selandia Baru di Indonesia. “Saya merasa senang bisa kembali ke Indonesia. Banyak perubahan yang saya lihat di Jakarta maupun Surabaya, keduanya semakin teratur dan aman,” kata Philip Taula.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kunjungannya ke Surabaya kali ini merupakan yang pertama sejak bertugas kembali di Indonesia. Salah satu tujuan utama kunjungan tersebut adalah bertemu dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur untuk membahas peningkatan kerja sama antara Selandia Baru dan Jawa Timur, khususnya Surabaya, dari perspektif bisnis. “Banyak bidang ekonomi yang berpotensi dikembangkan bersama, seperti riset di sektor pertanian dan peternakan, serta ekspor produk furniture dan lain sebagainya,” terangnya.
Di sisi lain, saat ini Selandia Baru mengekspor sejumlah produk ke Indonesia, terutama susu yang masih memiliki permintaan kuat. Hal ini mengingat produksi susu dalam negeri belum sepenuhnya mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. “Selain itu, komoditas pertanian seperti apel, kiwi, dan bawang juga memiliki peluang untuk terus ditingkatkan. Kami juga membuka peluang kerja sama di sektor perdagangan lainnya,” ujar Philip Taula.
Sektor pendidikan juga menjadi perhatian. Saat ini, tercatat ada sekitar 70 mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Selandia Baru dengan dukungan beasiswa, terutama di bidang pertanian. Dubes bahkan sudah berdiskusi dengan Pemerintah Kota Surabaya untuk memperluas program pertukaran pelajar maupun kursus singkat.
Selandia Baru sendiri memiliki keunggulan di sejumlah sektor, antara lain energi terbarukan, pertanian modern, pariwisata, serta teknologi informasi. Produk unggulan seperti susu, daging, dan kayu menjadi komoditas yang telah mendunia. “Dengan keunggulan ini, kami berharap ada sinergi baru dengan Jawa Timur,” tambahnya.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, menyambut baik tawaran kerja sama tersebut. Menurutnya, Jawa Timur adalah provinsi yang kuat di bidang manufaktur, perdagangan, logistik, dan ketahanan pangan. “Kami adalah hub untuk 16 provinsi di Indonesia, sehingga posisi Jatim sangat strategis,” tegasnya.
Ia menjelaskan, saat ini Jawa Timur memiliki sejumlah kawasan ekonomi khusus (KEK), seperti JIPEE, KEK IT di Singosari, dan KEK Halal di Sidoarjo. Dengan infrastruktur yang semakin lengkap, termasuk pelabuhan dan jalan tol hingga Banyuwangi, Jatim siap memperkuat perdagangan internasional, termasuk dengan Selandia Baru.
Di bidang ketahanan pangan, Jawa Timur tercatat surplus pada komoditas tanaman pangan, hortikultura, daging, dan buah-buahan. Namun, Adik mengakui masih ada keterbatasan di bidang teknologi pertanian. “Kami berharap Selandia Baru dapat menjadi mitra dalam transfer teknologi untuk meningkatkan produktivitas petani,” katanya.
Selain perdagangan dan pangan, pengembangan sumber daya manusia juga menjadi perhatian. Kadin Jatim sudah memiliki kerja sama vokasional dengan Jerman dan Jepang, dan kini membuka peluang pertukaran pelajar dengan Selandia Baru. “Kami melihat pendidikan vokasi di Selandia Baru cukup maju dan relevan bagi kebutuhan industri kami,” jelasnya.
Wakil Ketua Komite Tetap Pemberdayaan dan Pengembangan Ekspor Kadin Jatim Eric Harianto yang turut hadir, menambahkan bahwa arah pembangunan ekonomi Indonesia kini fokus pada pangan bergizi, energi terbarukan, dan industri hijau. “Kami ingin menjajaki peluang kerja sama dengan Selandia Baru, terutama dalam green industry dan energi hijau,” ungkapnya.
Menurut Eric Harianto, Indonesia saat ini tengah membangun ekosistem penta helix dengan melibatkan akademisi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media. Selandia Baru dipandang sebagai mitra potensial untuk memperkuat ekosistem tersebut, terutama dalm hal inovasi dan keberlanjutan.
Ia mencontohkan kerja sama yang sudah dilakukan dengan Jepang dalam penyediaan produk halal. “Jika Jepang membutuhkan produk halal untuk pariwisata, Selandia Baru bisa menjadi mitra dalam green economy maupun teknologi ramah lingkungan,” pungkasnya.