SURABAYA, headlinejatim.com— Dari jalanan sempit di Kandangan, Benowo, suara sepatu membentur bola sudah menjadi keseharian. Di tengah hiruk-pikuk kampung, seorang bocah berusia 12 tahun tampil menonjol. Namanya Fareza Danuarta Ryti Putra. Ia bukan hanya jago menggiring bola. Ia sedang menapaki jalan panjang menuju mimpi besar: menjadi pemain profesional di Eropa.
Fareza adalah talenta emas yang kini diasah oleh Gresik Football Academy (Grefoo). Ia membela akademi itu dalam Liga Anak Indonesia dan dikenal sebagai penyerang tajam yang haus gol. Gaya bermainnya cepat dan eksplosif. Instingnya sebagai striker terasa matang di usia belia.
Ia berasal dari keluarga sederhana. Sang ayah bekerja di perusahaan pengolahan. Ibunya berjualan makanan rumahan. Namun keterbatasan tak menghalangi dukungan. Orang tuanya justru menjadi fondasi yang kokoh bagi semangat dan disiplin Fareza.
Ketika Bola Menjadi Bahasa Pertama
Minat Fareza terhadap sepak bola muncul sejak taman kanak-kanak. Saat anak-anak lain masih belajar mengenal huruf, ia sudah bermain bola di halaman rumah. Usia enam tahun, ia dimasukkan ke sekolah sepak bola. Pilihannya jatuh ke ASM Putra, yang menjadi bagian dari ekosistem pelatihan Grefoo.
Setiap sore, ia berlatih di Lapangan Sememi. Di bawah bimbingan pelatih Fery Cahyono, kemampuannya berkembang pesat. Ia bukan sekadar anak yang hobi menendang bola. Ia serius belajar teknik. Ia terbiasa melakukan latihan tambahan setelah jadwal resmi selesai.
“Fareza punya mental pekerja keras. Ia tidak suka setengah-setengah. Kalau latihan, dia fokus penuh. Dan yang paling penting, keluarganya sangat mendukung. Itu faktor kunci,” kata Fery Cahyono.
Bakat yang Diuji di Banyak Turnamen
Fareza sudah menorehkan jejak di beberapa kompetisi bergengsi. Ia menjadi bagian tim yang tampil cemerlang di Bali Seven, dan mencetak gol penting dalam Turnamen Wali Kota Madiun. Dalam setiap turnamen, ia selalu menunjukkan konsistensi dan determinasi.
Ia mengidolakan beberapa nama besar seperti David Beckham, David da Silva, dan pemain lokal Rizky Dwi. Bukan hanya meniru gaya bermain mereka, ia juga mempelajari cara membaca permainan, teknik finishing, serta pergerakan tanpa bola. Ia tahu, penyerang hebat tidak hanya soal mencetak gol, tetapi juga memahami ritme permainan.
Dua Mimpi, Satu Semangat
Fareza menyimpan dua impian besar. Ia ingin bermain untuk PSS Sleman karena atmosfer suporternya yang solid. Namun lebih dari itu, ia bercita-cita membela Real Madrid, klub raksasa Spanyol yang telah menelurkan legenda dunia.
“Main di Bernabeu, itu cita-cita saya. Tapi sekarang saya ingin fokus dulu di latihan dan sekolah. Saya masih harus banyak belajar,” ucapnya lirih, namun matanya menyala.
Di sekolah, ia duduk di bangku kelas 6 SD Mujahidin 2 Surabaya. Ia dikenal sebagai siswa yang disiplin. Tidak pernah terlambat. Tidak pernah mengeluh soal tugas. Ia membagi waktu antara sekolah dan latihan dengan dukungan penuh dari orang tuanya. Rutinitasnya diatur ketat. Tidur cukup. Makan sehat. Tidak banyak bermain gawai.
Grefoo dan Peran Penting Akademi
Gresik Football Academy bukan sekadar tempat latihan. Akademi ini menjadi ruang tumbuh bagi pemain muda. Di sana, disiplin ditanamkan sejak awal. Pendekatan pelatihnya tidak hanya teknis, tetapi juga membentuk karakter. Dari lingkungan ini, pemain seperti Fareza dibentuk secara utuh.
“Dia bukan anak instan. Ia dibina sejak usia dini. Kami percaya, anak ini punya masa depan yang cerah. Tapi semua proses harus dijalani. Tidak bisa terburu-buru,” kata Fahmi Hafidz, CEO sekaligus pembina Grefoo.
Dari Kandangan ke Dunia
Kisah Fareza adalah cerminan bahwa mimpi besar bisa lahir dari gang-gang kecil. Ia adalah anak dari kampung yang tak pernah sepi dari cita-cita. Ia bukan sekadar mengejar bola, tetapi juga mengejar kesempatan hidup yang lebih baik. Dari latihan sore di Sememi, dari peluh dan debu yang menempel di kulit, dari dukungan ibu yang menunggu di pinggir lapangan, harapan itu terus menyala.
Ia belum mencetak gol di Bernabeu. Tapi setiap tendangannya hari ini adalah langkah menuju sana. Dan Gresik Football Academy telah menyalakan lentera pertama dalam perjalanan panjang itu.
Catatan Redaksi
Kisah Fareza adalah pengingat bahwa sepak bola Indonesia tak kekurangan bakat, tapi membutuhkan sistem yang sabar, pelatih yang berdedikasi, dan keluarga yang percaya. Di lapangan-lapangan kecil seperti Sememi, bintang masa depan tengah tumbuh diam-diam. Dan mungkin suatu hari nanti, nama Fareza akan terdengar bukan hanya di Surabaya, tapi juga di seluruh dunia.