MALANG, headlinejatim.com – Seniman muda asal Malang, Aliya Murdoko, kembali memukau dunia seni rupa dengan pameran tunggal ke-4 bertajuk “Cerita Panji, Menafsir Tradisi Topeng Malangan” di Malang Creative Center (MCC). Pameran ini menampilkan 12 karya lukisan berukuran besar, yang semuanya menggambarkan kekayaan budaya Jawa Timur melalui tema cerita Panji dan tradisi Topeng Malangan.
Di usia yang masih belia, 15 tahun, Aliya telah menunjukkan kematangan dalam menggali dan memvisualisasikan warisan budaya. Sebelumnya, Aliya sudah dikenal dengan prestasinya yang luar biasa, meraih lebih dari 150 penghargaan internasional dalam berbagai pameran seni rupa di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Rusia, dan India. Karya-karya lukisannya kerap mencerminkan kedalaman spiritualitas yang tinggi, yang membuatnya semakin dihargai di kancah seni internasional.
Pada pameran kali ini, Aliya mengangkat cerita Panji sebagai tema utama. Cerita yang sudah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Jawa Timur ini, bahkan telah masuk dalam daftar Memory of the World UNESCO sejak 2017.
Aliya tidak hanya menampilkan sisi artistik dari cerita Panji, tetapi juga berusaha menggali makna mendalam yang terkandung dalam kisah legendaris tersebut, serta keterkaitannya dengan tradisi Topeng Malangan.
Arik S. Wartono, pendiri Sanggar Daun dan kurator pameran ini, menjelaskan bahwa Aliya mulai belajar seni lukis di Sanggar Daun sejak usia 3,5 tahun. Selama lebih dari satu dekade belajar, ia menunjukkan bakat luar biasa dalam menangkap esensi budaya dan mentransformasikannya menjadi karya visual yang kuat.
“Aliya tidak hanya melukis, ia berbicara tentang sejarah, spiritualitas, dan nilai moral melalui setiap sapuan kuas,” kata Arik.
Pameran yang berlangsung dari 3 hingga 16 Agustus 2025 ini menampilkan karya-karya yang memadukan media cat minyak dan akrilik di atas kanvas, dengan ukuran yang bervariasi.
Karya terbesar berukuran 150×150 cm, sementara yang terkecil berukuran 50×40 cm. Setiap karya tidak hanya menampilkan keindahan visual, tetapi juga pesan moral yang dalam, menyentuh inti dari cerita Panji yang mengajarkan tentang keberanian, kesetiaan, dan nilai luhur lainnya.
Saiful Hadjar, seorang penulis seni rupa yang turut terlibat dalam narasi pameran, menjelaskan bahwa lukisan Aliya tidak sekadar menggambarkan kisah Panji, tetapi juga menawarkan tafsir baru yang lebih mendalam mengenai spiritualitas dan filosofi di balik cerita tersebut.
“Aliya berhasil menghubungkan tradisi dengan perkembangan zaman, membawa nilai-nilai luhur cerita Panji ke dalam konteks kekinian,” ujar Saiful.
Sebagai tambahan, Anang Prasetyo, seorang kritikus seni rupa, mengungkapkan bahwa karya-karya Aliya yang mengangkat tema Panji sangat relevan untuk diangkat.
“Cerita Panji memiliki kedalaman intelektual dan spiritual yang jarang dieksplorasi oleh pelukis muda. Aliya berhasil memberikan tafsiran baru yang segar tanpa kehilangan esensi asli dari cerita tersebut,” kata Anang.
Pembukaan pameran ini dimeriahkan dengan penampilan kelompok musik tradisional Mlebu Metu dari Malang, yang semakin memperkaya atmosfer seni dan budaya yang dihadirkan. Pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi setiap hari dari pukul 08.00 hingga 21.00 WIB tanpa biaya masuk.
Melalui pameran ini, Aliya Murdoko tidak hanya ingin menampilkan karya seni, tetapi juga berharap dapat memberikan kontribusi terhadap pelestarian dan pengembangan budaya lokal, terutama cerita Panji yang memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dikenalkan lebih luas lagi.
Pameran ini bukan hanya kesempatan untuk menikmati keindahan visual, tetapi juga sebuah perjalanan batin yang membawa pengunjung untuk lebih memahami dan menghargai kekayaan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang.