Tiga Dekade Membentang Sayap, Saatnya Memastikan Masa Depan Elang Jawa

headlinejatim.com— Tiga dekade telah berlalu sejak komunitas konservasi raptor di Indonesia pertama kali membunyikan lonceng peringatan, Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), simbol negara, berada di ujung kepunahan. Kini, dengan langkah yang lebih terukur dan data yang semakin terkonsolidasi, pertemuan nasional yang digelar pada Senin, 28 Juli 2025, menandai babak baru dalam sejarah konservasi spesies endemik ini.

Disampaikan oleh Zaini Rakhman, pegiat konservasi dan representasi dari Raptor Indonesia (RAIN), forum ini menjadi cermin refleksi atas kerja panjang, dinamis, dan sering kali tidak mudah yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk menjaga keberadaan garuda terakhir di langit Jawa.

Read More

Dalam forum daring yang dihadiri oleh lebih dari 270 peserta, termasuk akademisi, UPT lingkup Ditjen KSDAE, komunitas pengamat burung, LSM lingkungan, hingga sektor swasta seperti CSR PT. Djarum, Zaini menegaskan pentingnya mengkonsolidasi kembali arah konservasi Elang Jawa. RAIN melihat tantangan nyata yang belum juga terselesaikan, fragmentasi habitat, lemahnya konektivitas populasi, dan masifnya perdagangan ilegal yang kini bertransformasi ke ranah digital.

RAIN, sebagai jaringan pemerhati raptor nasional, menyoroti bahwa konservasi Elang Jawa membutuhkan pendekatan bentang alam yang menghubungkan kantong populasi dari ujung barat ke timur Pulau Jawa. Tidak cukup hanya menyelamatkan individu dari pasar satwa atau melepaskannya ke alam, melainkan memastikan ekosistemnya pulih, sistem pengawasannya berjalan, dan masyarakat sekitarnya turut berdaya.

Zaini Rakhman juga mengingatkan kembali pada sejarah panjang konservasi Elang Jawa, yang sudah dimulai sejak 1990-an oleh berbagai tokoh lintas generasi, dari akademisi hingga aktivis lapangan. Kini, momentum tersebut dikonsolidasikan kembali melalui penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Elang Jawa 2026–2035, yang diharapkan akan menjadi dokumen dinamis, aplikatif, dan kontekstual terhadap tantangan konservasi hari ini.

Dalam sesi presentasinya, RAIN turut menyampaikan pentingnya Menyatukan basis data populasi dan distribusi dari berbagai lembaga dan komunitas, Membangun sistem monitoring populasi dan sarang yang terstandar, Mengembangkan pusat edukasi dan rehabilitasi yang berbasis lokal Serta mendorong penetapan koridor habitat sebagai bagian dari RTRW daerah.

Forum ini juga menjadi bagian dari perayaan tiga dekade konservasi Elang Jawa, sebagai momentum reflektif dan strategis untuk menyusun langkah baru yang lebih terarah. _“Kini bukan waktunya bekerja sendiri-sendiri,”_ ujar Zaini dalam presentasinya, _“tapi bekerja bersama, dalam satu payung perlindungan yang utuh dan berkelanjutan.”_

Elang Jawa bukan hanya lambang negara dalam tampilan Garuda Pancasila, tetapi simbol dari kekuatan bentang alam yang masih tersisa. Jika raptor tertinggi dalam rantai makanan itu tumbang, maka tanda-tanda kehancuran ekosistem akan semakin dekat. RAIN mengajak seluruh elemen, dari pemerintah hingga pemuda desa, untuk menjadi bagian dari sejarah baru pelestarian langit Jawa.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *