Pasuruan, headlinejatim.com – Menghadapi dinamika iklim yang kian ekstrem dan meningkatnya risiko kebakaran hutan serta bencana alam, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjukkan langkah nyata dalam memperkuat kesiapsiagaan daerah. Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, seluruh elemen penanggulangan bencana dikonsolidasikan dalam satu momentum strategis: Apel Kesiapsiagaan Karhutla dan Pembukaan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana 2025.
Lapangan Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, menjadi saksi semangat kolektif yang tumbuh dari seluruh penjuru provinsi. Barisan BPBD dari 37 kabupaten/kota, TNI, Polri, dunia usaha, relawan, lembaga pendidikan, hingga tokoh masyarakat hadir bukan sekadar untuk seremoni. Mereka datang sebagai satu kesatuan yang siap menghadapi potensi bencana dengan koordinasi yang matang.
“Ini bukan sekadar apel. Ini adalah latihan strategi, penguatan sistem, dan bukti bahwa Jawa Timur tidak ingin kecolongan. Kita harus selalu lebih siap dari potensi terburuk,” tegas Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, dalam amanatnya.
Sebagai salah satu provinsi dengan kerentanan bencana yang tinggi, mulai dari gempa bumi, banjir, tanah longsor, hingga karhutla, Jawa Timur memilih pendekatan yang adaptif dan progresif. Pemerintah memperkuat kesigapan dengan investasi pada teknologi, peningkatan kapasitas SDM, serta sinergi lintas sektor. BPBD Jawa Timur menjadi simpul koordinasi dan pusat kendali seluruh sistem tanggap darurat yang kini makin solid dan terstruktur.
Gelar peralatan tahun ini tak hanya menampilkan alat dan perlengkapan tanggap darurat, tetapi juga menjadi ajang evaluasi lapangan. Kelayakan alat, kesiapan personel, serta efektivitas komunikasi antarinstansi diuji secara nyata di hadapan publik.
“BPBD Jawa Timur memegang peran kendali lapangan. Mereka memastikan setiap prosedur benar-benar teruji, bukan hanya tertulis di atas kertas,” tambah Emil.
Rangkaian kegiatan juga dirancang menyentuh sisi emosional dan kebudayaan. Penampilan tarian kolosal menggambarkan kekuatan kebersamaan. Menariknya, tarian ini tidak hanya digarap oleh kelompok seni profesional, tetapi melibatkan sinergitas dan kolaborasi lintas organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hal ini menjadi simbol kuat bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama, yang membutuhkan kekompakan dari semua lini.
Kegiatan juga diisi dengan penyerahan bantuan peralatan kebencanaan, santunan anak yatim, serta peninjauan langsung peralatan yang telah disiapkan sebagai bentuk komitmen kesiapsiagaan yang menyeluruh.
Mengangkat tema “Sinergi Penanggulangan Bencana Wujudkan Jatim Gerbang Baru Nusantara,” kegiatan ini menjadi bagian dari strategi besar Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memperkuat posisinya sebagai penyangga utama wilayah strategis nasional, seiring dengan pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur.
“Kami ingin menjadikan Jawa Timur bukan hanya sebagai daerah tangguh, tetapi juga sebagai contoh nasional dalam membangun kesiapsiagaan bencana berbasis kolaborasi. Sinergi adalah keniscayaan. Dan BPBD Jawa Timur telah membuktikan bahwa sinergi lintas sektor bisa diorkestrasi secara nyata,” pungkas Emil.
Dengan visi yang terarah, program yang konkret, serta kepemimpinan yang adaptif, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuktikan bahwa ketangguhan bukan dibangun saat bencana datang, melainkan dipersiapkan sejak jauh hari melalui sistem yang kolaboratif, terlatih, dan berorientasi pada keberlanjutan.