Yogyakarta, headlinejatim.com— Di tengah sinisme publik terhadap praktik Corporate Social Responsibility (CSR) yang kerap dianggap sekadar formalitas—laporan bagus tanpa dampak di lapangan—PT PLN Nusantara Power (PLN NP) justru hadir sebagai anomali. Dalam ajang Indonesia Social Responsibility Award (ISRA) 2025, perusahaan pelat merah ini meraih enam penghargaan bergengsi berkat program-program sosial yang menyentuh akar persoalan masyarakat. Isu yang dijawab bukan perkara seremonial, melainkan realita seperti kekerasan berbasis gender, krisis pangan, hingga transisi energi di pedesaan.
Program andalan Asa Bergending dari PLN NP UP Gresik meraih penghargaan tertinggi Platinum dalam kategori Gender Equality & Social Inclusion. Program ini menarget penurunan angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan pendekatan bio-psikososial, pemberdayaan ekonomi, serta pendampingan hukum bagi penyintas. Tak banyak korporasi berani menyasar langsung akar persoalan patriarki dan ketimpangan ekonomi rumah tangga. PLN NP justru menjadikannya ruang intervensi sosial yang sistematis dan terukur.
Sementara itu, dua penghargaan Gold diraih oleh program SENTANI (Sentra Tani Inklusif) dari UP Indramayu dan SUMANTRI BERSERI dari UP Pacitan. SENTANI memperkuat kapasitas petani lokal melalui pelatihan nonformal berbasis praktik. SUMANTRI BERSERI mengubah Sungai Maron yang sebelumnya terpinggirkan menjadi destinasi wisata sehat dan lestari yang dibangun berbasis elektrifikasi dan partisipasi warga. Kedua program ini tidak hanya menyentuh aspek ekonomi, tetapi juga menunjukkan bagaimana energi dan komunitas bisa berjalan beriringan dalam skema pembangunan lokal.
Dua penghargaan Bronze turut diperoleh dari program 3PL (Pilih, Pilah, Pulih) oleh UP Pulang Pisau yang mendorong ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah. Satu lagi adalah SI PANDU & DESI dari UP Tanjung Awar-Awar, yang menggabungkan pertanian, peternakan, dan energi terbarukan dalam satu model pengembangan desa. Keduanya memperlihatkan bahwa transformasi energi bisa dimulai dari wilayah yang selama ini luput dari perhatian industri besar.
Tidak hanya dari sisi program, insan PLN NP juga turut unjuk prestasi. Dewi Luqmania, karyawan dari UP Gresik, dinobatkan sebagai Best Presenter dalam forum ISRA 2025. Ini memperkuat narasi bahwa transformasi bukan hanya tanggung jawab lembaga, tetapi juga digerakkan oleh individu yang punya visi perubahan.
Direktur Utama PLN NP, Ruly Firmansyah, menegaskan bahwa capaian ini bukan soal publisitas, melainkan perubahan cara pandang perusahaan energi.
“Kami tidak ingin dikenal hanya sebagai penyedia listrik yang andal. Kami ingin menjadi mitra pembangunan yang hidup di tengah masyarakat. Energi bagi kami adalah alat untuk membuka akses, memperkecil ketimpangan, dan menyalakan harapan.”
ISRA 2025 mengangkat tema “Driving Impact, Building a Sustainable Future” sebagai refleksi atas praktik ESG dan CSR yang berdampak langsung. PLN NP menunjukkan bahwa pembangunan yang berkelanjutan bukan soal menanam pohon untuk media, melainkan intervensi yang terarah dan berani di isu-isu paling mendasar.
Ketika banyak perusahaan masih sibuk menyusun laporan tanggung jawab sosial demi kelengkapan dokumen, PLN NP bergerak ke lapangan dan menantang stigma lama. Energi, dalam tangan yang tepat, bukan hanya persoalan teknis. Energi bisa menjadi kekuatan sosial yang mengubah struktur ketimpangan, membangun kemandirian komunitas, dan menjawab tantangan masa depan dengan pijakan yang adil dan berkelanjutan.