GRESIK, headlinejatim.com– Rekonstruksi kasus pembunuhan yang menimpa seorang ibu rumah tangga, Wardatun Toyibah, di Desa Ima’an, Kecamatan Dukun, Gresik, berlangsung pada Senin (7/7). Ratusan warga yang menyaksikan kejadian tersebut tak bisa menahan haru dan air mata, saat menyaksikan adegani tragis yang merenggut nyawa salah satu warganya pada 16 Maret 2024 lalu.
Sejak pagi, warga sudah berkerumun di sekitar rumah korban. Para orang tua, anak-anak, remaja hingga orang tua tampak berdesakan demi menyaksikan adegan rekonstruksi yang diadakan oleh Polres Gresik.
Di bawah pengawasan ketat polisi, ratusan warga menyaksikan setiap adegan yang diperagakan oleh tersangka utama, Midhol, bersama rekannya Asrofin.
Dalam rekonstruksi, tersangka memperagakan sebanyak 33 adegan di empat tempat kejadian perkara (TKP) itu, Midhol memperagakan kembali bagaimana ia merencanakan dan melaksanakan perampokan yang berujung pada pembunuhan sadis terhadap Wardatun Toyibah.
Salah satu adegan yang membuat warga terperangah adalah saat Midhol, dengan kejam, menikam korban menggunakan sebilah pisau yang telah dipersiapkan sebelumnya.
“Saya tidak sanggup melihatnya, hati saya hancur,” ujar Ulfa, bibi korban yang tampak meneteskan air mata setelah melihat adegan tersebut.
“Apalagi saat dia (Midhol) menghabisi nyawa ibu itu dengan pisau. Kami seperti melihat kembali kejadian yang tak akan pernah kami lupakan,” tambahnya.
Beberapa warga lain juga terlihat terdiam, dengan mata yang berkaca-kaca, menyaksikan bagaimana Midhol dan Asrofin membuka pintu belakang rumah korban dengan menggunakan linggis. Adegan tersebut mengingatkan mereka pada malam tragis yang merenggut nyawa ibu rumah tangga yang dikenal baik oleh seluruh warga desa.
“Ini bukan hanya soal hukum, ini soal kehilangan yang sangat dalam. Kami semua merasa sangat kehilangan. Ibu Wardatun adalah sosok yang baik dan penyayang,” kata seorang warga lainnya, Ahmad, yang tampak masih terkejut dengan kejadian itu.
“Meskipun sudah lewat beberapa bulan, rasanya seperti baru kemarin tragedi ini terjadi,” ujarnya dengan suara bergetar.
Polisi yang mengamankan jalannya rekonstruksi, termasuk ratusan personel dari Polres Gresik dan Polsek Dukun, berusaha menjaga kondusivitas situasi. Anggota kepolisian terlihat bergerak sigap di tengah kerumunan untuk memastikan tidak ada kericuhan yang terjadi.
Iptu Muhammad Nur Setyabudi, KBO Satreskrim Polres Gresik, yang memimpin jalannya rekonstruksi, menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai jalannya peristiwa tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa semua proses penyidikan berjalan dengan transparan, dan ini adalah bagian dari upaya kami untuk mengungkap fakta yang sebenarnya,” ujarnya.
Meski para penyidik memastikan bahwa tidak ada fakta baru yang terungkap selama rekonstruksi, tindakan tersebut tetap memberikan dampak emosional yang mendalam bagi warga.
Kasus pembunuhan ini telah mengguncang banyak orang, tidak hanya karena kekejamannya, tetapi juga karena korban adalah sosok yang sangat dihormati di desa tersebut.
Setelah selesai, rekonstruksi itu diakhiri dengan pengamanan ketat, di mana Midhol dan Asrofin kembali dibawa ke kendaraan polisi. Warga yang menyaksikan adegan tersebut pun perlahan berangsur-angsur pergi, meskipun kesedihan dan trauma masih tergambar jelas di wajah mereka.
Kendati sudah berlangsung beberapa bulan sejak kejadian tersebut, bagi warga Desa Ima’an, tragedi ini tetap menjadi luka yang sulit untuk sembuh. Setiap kali mereka melihat tempat kejadian, kenangan tentang kepergian Wardatun Toyibah terus mengusik perasaan mereka.