Seribu Rupiah Menuju Baitullah: Kisah Nurul, Penjual Gorengan yang Setia Menuntun Suami Berhaji dengan Kursi Roda

Surabaya, headlinejatim.com— Hanya dengan uang seribu rupiah di tangan, Nurul Hasanah (58) tetap mantap melangkah menuju Tanah Suci bersama suami tercinta, Muhammad Latif (60). Perjalanan spiritual pasangan asal Desa Banasare, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep ini bukan sekadar ibadah, tapi kisah nyata tentang cinta, ketabahan, dan pengorbanan yang tak bisa diukur dengan angka.

Awal Cerita: Janji Haji yang Dipendam Bertahun-Tahun

Semua berawal pada tahun 2012. Kala itu, mereka mendaftar haji saat hidup masih bergelimang harapan. Suami Nurul, Latif, sukses merantau ke Malaysia sejak 2004 dan menekuni usaha jual beli rumah. Mereka hidup cukup dan merencanakan masa tua yang tenang, termasuk niat untuk berhaji bersama.

Read More

Namun takdir membawa ujian besar. Pada tahun 2015, Latif terserang stroke berat di Malaysia. Pembuluh darah di otaknya pecah, dan ia harus menjalani operasi besar tanpa asuransi.

“Saya sempat koma selama 15 hari. Biaya operasi waktu itu sekitar setengah miliar rupiah. Kami bayar semua dari uang sendiri, sampai benar-benar habis-habisan,” tutur Latif pelan, mengenang masa kritisnya.

Hidup Berubah: Nurul Ambil Peran sebagai Pencari Nafkah

Setelah masa pemulihan, mereka pulang ke Sumenep. Latif tak lagi mampu bekerja. Sejak saat itu, Nurul mengambil alih peran mencari nafkah. Ia berjualan gorengan keliling: ote-ote, pisang goreng, kadang rujak di acara pernikahan dan pengajian. Keuntungan hariannya rata-rata hanya Rp20 ribu.

“Kadang kalau ada hajatan, saya bisa bawa lebih banyak dagangan. Tapi tetap, semua saya lakukan demi terus mengumpulkan biaya haji kami,” ujarnya lirih.

Dua Hari Sebelum Berangkat: Hanya Punya Seribu Rupiah

Waktu keberangkatan haji kian dekat. Namun tabungan yang dikumpulkan perlahan-lahan sudah menipis. Dua hari menjelang terbang ke Tanah Suci, Nurul dan Latif hanya memiliki uang Rp1.000.

“Saya hanya bisa menangis. Tapi Allah SWT Maha Baik. Lewat saudara dan para tetangga, kami diberi uang saku. Ada yang datang diam-diam memberi bantuan. Itu semua cukup untuk bekal kami ke Tanah Suci,” tuturnya, menahan air mata.

Menuntun Cinta di Tanah Suci

Selama berhaji, Nurul tetap menjadi sandaran utama bagi suaminya yang duduk di kursi roda. Di Madinah maupun Makkah, mereka ditempatkan di lantai dan kamar yang berdekatan, memudahkan Nurul untuk merawat suaminya sendiri.

Saat tawaf, ia menggunakan jasa mobil golf resmi dari pemerintah Saudi dengan biaya sekitar satu juta rupiah. Pernah juga meminta bantuan sesama jemaah dengan bayaran Rp500 ribu. “Kalau bayar jasa warga lokal bisa dua juta, saya tak sanggup. Jadi semampu saya usahakan sendiri,” jelas Nurul.

Bahkan saat puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), ia sendiri yang mendorong suaminya, menapaki setiap rangkaian ibadah dengan penuh sabar dan cinta.

Doa yang Sederhana, Hati yang Lapang

Tak meminta kaya. Tak meminta keajaiban dunia. Di hadapan Ka’bah, doa Nurul hanyalah mohon ampunan.

“Saya hanya ingin Allah mengampuni dosa saya, suami, dan keluarga. Itu saja. Kami sudah diberi banyak hal yang tak bisa dihitung,” ungkapnya penuh syukur.

Seluruh rangkaian ibadah mereka lalui tanpa kendala besar. Hanya batuk dan pilek ringan. “Alhamdulillah, kami sehat. Bisa menjalankan semua rukun haji dengan baik,” ujarnya tersenyum.

Pulang Membawa Kisah Iman yang Menggetarkan

Pukul 02.00 dini hari, bus yang mengantar Nurul dan Latif keluar dari Asrama Haji Surabaya menuju Sumenep. Mereka pulang membawa oleh-oleh paling berharga: kemabruran dan kisah cinta sejati yang diuji oleh waktu, diuji oleh sakit, dan dibuktikan dalam ibadah.

Kisah Nurul bukan hanya tentang seorang penjual gorengan. Ini adalah cerita tentang seorang istri yang menjunjung tinggi ikatan janji, tetap setia menuntun cinta hingga ke Baitullah. Sebuah pelajaran hidup bahwa perjalanan haji bukan hanya tentang fisik, tapi tentang hati yang tak pernah menyerah.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *