Kisah Tukang Pijat Asal Surabaya yang Pulang dari Tanah Suci: “Alhamdulillah Bisa Bantu Sesama Jemaah Haji”

SURABAYA, headlinejatim.com– Di balik wajah-wajah bahagia jemaah haji yang baru tiba dari Tanah Suci, terselip kisah menyentuh dari Rochmad Munandar (56), seorang tukang pijat urut asal Jalan Cumpat Kulon Makam, Kenjeran, Surabaya. Ia tiba di Asrama Haji Sukolilo, Senin (16/6), pukul 17.10 WIB, sebagai bagian dari kloter 16, bersama sang istri, Yuli Khotimah.

Rochmad bukan sosok terkenal. Namun, kisah perjalanannya menuju Tanah Suci menyimpan keteguhan niat, perjuangan hidup, dan ketulusan untuk membantu sesama.

Read More

Sejak remaja, kemampuan memijat diwarisi dari sang kakek. “Dari SMP saya sudah bisa memijat. Lalu mulai praktik profesional sejak SMA dan buka praktik sendiri pada 1998,” tutur pria yang juga pernah memijat almarhum Presiden ke-4 RI, Gus Dur.

Yang menarik, selama ini Rochmad tak pernah mematok tarif tetap. Ia memilih sistem seikhlasnya. “Hasil memijat saya serahkan ke istri, sebagian untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian lagi ditabung untuk haji,” ujarnya.

Rutinitas sederhana itulah yang mengantar mereka mendaftar haji pada 2012. Dari tabungan hasil memijat, akhirnya terkumpul biaya untuk berhaji bersama sang istri, yang dulunya merupakan pengajar bahasa Hong Kong.

Meski berprofesi sebagai tukang pijat, Rochmad tidak hanya menjalankan ibadah haji seperti biasa. Di Tanah Suci, kemampuan memijatnya menjadi berkah bagi jemaah lain. “Banyak yang minta dipijat, dari Masjid Nabawi, Masjidil Haram, sampai ke Tower Zam-Zam,” kisahnya.

Ia bahkan sempat memijat sejumlah tokoh, mulai dari artis Arie Untung hingga Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI, Muchlis Hanafi.

Namun bagi Rochmad, bukan nama besar yang membuatnya bangga, melainkan kesempatan membantu jemaah yang membutuhkan. Ia mengisahkan, “Ada satu jemaah yang sudah sakit selama 10 tahun. Setelah saya pijat, alhamdulillah membaik, semua atas izin Allah.”

Yang paling ia syukuri adalah ibadah hajinya berjalan lancar tanpa kendala, meski sering diminta memijat. “Saya hanya melayani saat waktu luang. Ibadah tetap jadi prioritas,” tegasnya.

Kini setelah kembali ke Tanah Air, Rochmad dan istrinya tak henti bersyukur. Doa-doa mereka di Tanah Suci tak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk anak-anak dan keluarga agar suatu hari juga bisa menunaikan ibadah ke Baitullah.

“Semoga Allah menerima dan memberi kemabruran pada haji kami,” harapnya, menutup cerita sederhana yang menginspirasi.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *