Lamongan, headlinejatim.com — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi pertanian terpadu atau integrated farming yang dikembangkan Kodim 0812 Lamongan bersama Kodam V/Brawijaya. Konsep tersebut diwujudkan dalam bentuk “Kampung Pandu” (Kampung Pangan Terpadu) di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Lamongan.
Dalam kunjungan langsungnya bersama Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin dan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, Gubernur Khofifah menyatakan siap mereplikasi model pertanian ini ke berbagai wilayah di Jawa Timur sebagai upaya strategis membangun ketahanan dan kedaulatan pangan daerah.
“Kolaborasi Pemprov Jatim dengan jajaran TNI ini menunjukkan keseriusan untuk membangun ketahanan pangan berbasis lokal yang terintegrasi dan berkelanjutan. Bahkan saya melihat ini bisa menjadi jalan menuju kedaulatan pangan,” ujar Khofifah.
Pada kesempatan tersebut, Khofifah juga ikut melakukan panen padi varietas unggul PMJ 01 dan VKP 01 di lahan seluas 1 hektare dengan estimasi hasil panen mencapai 8 ton. Kedua varietas tersebut merupakan inovasi dari Satgas Ketahanan Pangan Kodim 0812, yang dipelopori oleh Pelda Dulhadi.
Menurut Khofifah, Kampung Pandu bukan hanya mengandalkan sektor pertanian, tetapi juga menyatukan unsur peternakan dan perikanan dalam satu sistem pertanian terpadu yang ramah lingkungan. “Inilah model pertanian yang menyatukan potensi green economy dan blue economy secara langsung dalam satu wilayah,” tuturnya.
Lebih lanjut, Khofifah menilai kekuatan dari model ini terletak pada penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana, murah, namun berdampak besar. Ia menyoroti inovasi Pelda Dulhadi yang berhasil menciptakan varietas padi PMJ 01 tanpa melibatkan teknologi mahal atau tenaga ahli luar. Kini, varietas PMJ bahkan tengah dikembangkan hingga versi PMJ 04.
“Kita tidak selalu harus menunggu teknologi dari luar negeri atau ahli dari universitas ternama. Justru, inovasi seperti ini lahir dari potensi lokal yang tak boleh diremehkan,” tegas Khofifah.
Selain itu, integrated farming juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) terhadap sektor ekonomi. Salah satunya adalah pengembangan maggot sebagai bahan pakan ikan dan ayam, yang dinilai mampu mengurangi ketergantungan terhadap pakan impor.
“Produksi pakan yang selama ini masih 94 persen impor bisa kita substitusi lewat pola pertanian terpadu seperti ini. Sederhana, efisien, dan berdampak luas,” jelasnya.
Tak hanya sebagai pusat produksi, Khofifah juga melihat potensi besar Kampung Pandu sebagai lokasi eduwisata dan agrowisata yang bisa menjadi rujukan pendidikan pertanian bagi kelompok tani dan pelaku usaha pertanian di berbagai daerah.
“Ini bisa jadi model belajar lapangan bagi para gapoktan dan juga menjadi tempat studi banding yang inspiratif bagi daerah lain,” imbuhnya.
Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin menegaskan komitmen TNI dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Ia mendorong setiap stakeholder untuk memanfaatkan lahan secara optimal dan terus berinovasi sesuai kapasitas yang dimiliki.
“Jangan pernah lelah berinovasi. Terus kembangkan sampai bisa menjadi pilot project yang bisa direplikasi ke tempat lain,” ujarnya.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi turut mengapresiasi sinergi tersebut dan menyatakan kesiapan Kabupaten Lamongan untuk menjadi motor penggerak pertanian mandiri di Jawa Timur.
“Terima kasih atas semua dorongan dan kolaborasi lintas sektor. Ini memberi semangat besar bagi kami untuk mewujudkan swasembada pangan yang lebih cepat dan lebih baik,” ungkapnya.
Kunjungan Gubernur juga ditandai dengan peresmian Bukit Tidar, kawasan produktif yang menjadi bagian dari Kampung Pandu, yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Pangdam V/Brawijaya.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi lokal yang terus tumbuh, Jawa Timur terus memperkuat posisinya sebagai salah satu lumbung pangan nasional dengan pendekatan yang tidak hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan.