GRESIK, headlinejatim.com— Seratus hari pertama pemerintahan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Wakil Bupati dr. Asluchul Alif menjadi penanda bahwa perubahan tidak harus menunggu waktu lama. Duet pemimpin muda ini menjawab tantangan dengan kerja nyata, menepati janji-janji kampanye dan menjangkau kebutuhan paling mendasar masyarakat.
Dalam kurun waktu tiga bulan lebih, berbagai program strategis digulirkan dan langsung menyentuh sektor-sektor penting: pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, layanan digital, hingga perlindungan sosial.
Akses pendidikan diperluas, bukan hanya bagi yang mampu, tetapi juga untuk kelompok rentan. Sebanyak 144 mahasiswa dari keluarga prasejahtera menerima Beasiswa Mahasiswa Produktif. Sementara 100 anak berkebutuhan khusus kini mendapat perhatian lewat program Hatiku Padamu (HTM).
Komitmen pada inklusi juga ditunjukkan lewat penempatan 129 guru pendamping disabilitas dan rehabilitasi enam sekolah dasar, bahkan dengan capaian 120 persen dari target. Para guru swasta yang selama ini berjibaku tanpa kepastian juga mendapatkan insentif, dengan total 4.058 guru SD/MI dan SMP/MTs menerima dukungan.
Pemkab Gresik mendorong keterserapan tenaga kerja lokal melalui program Gresik Gema Karya dan Gresik Kerja. Sebanyak 282 perusahaan aktif mencocokkan lowongan kerja dengan pencari kerja lokal. Lima pelatihan bersertifikat BNSP digelar bagi warga miskin (DTKS), sementara Mini Job Fair menghadirkan 27 formasi kerja untuk lulusan SMA.
Sektor UMKM turut dikuatkan dengan penerbitan 211 NIB, pendaftaran 53 merek, dan fasilitasi sertifikasi mutu bagi 20 produk industri kecil. Langkah ini memperlihatkan bahwa penguatan ekonomi tidak hanya bertumpu pada industri besar, tapi juga dari skala mikro
Di bidang kesehatan, RS Gresik Sehati resmi diluncurkan untuk melayani masyarakat wilayah selatan. Enam puskesmas rawat inap diaktifkan, dan 1.371 kader kesehatan dilatih, tiga kali lipat dari target awal.
Upaya pencegahan stunting menjangkau 435 balita, dan deteksi dini TBC menemukan 9.228 kasus terduga, jauh di atas target 5.000 kasus. Ini menunjukkan bahwa perhatian pada kesehatan bukan sekadar infrastruktur, tetapi pada kualitas dan jangkauan pelayanan.
Melalui Nawakarsa Gresik Tuntas, 20.000 kartu keluarga kini tersedia dalam format barcode. Gresik Integrated Smart System (IOP) mengintegrasikan data dari 46 OPD, mempercepat koordinasi dan pengambilan kebijakan.
Sebanyak 660 perangkat desa telah dilatih dalam Program Desa SIAP, menghasilkan sembilan inovasi digital yang mencakup layanan pengaduan, sistem arsip elektronik, hingga manajemen pelayanan publik tingkat desa.
Menghadapi ancaman banjir, Pemkab menyelesaikan normalisasi Kali Lamong sepanjang 9,86 kilometer dan perbaikan tanggul di tujuh titik, melebihi target awal dengan capaian 197 persen. Perbaikan jalan sepanjang 18,6 kilometer juga telah rampung melalui Unit Reaksi Cepat (URC), melampaui target 17,1 kilometer.
Pengaturan lalu lintas kendaraan berat di jalur padat juga mulai diterapkan demi keselamatan dan kenyamanan warga.
Program GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia) telah melatih 1.620 ayah dalam penguatan peran keluarga. TPA Masmundari hadir sebagai solusi penitipan anak bagi keluarga prasejahtera.
Bantuan sosial disalurkan kepada 24.948 warga, sementara PKH Inklusif menyasar 991 lansia dan penyandang disabilitas. Perlindungan terhadap buruh migran dilakukan melalui peluncuran Perdes Migran Emas di 10 desa.
Di sektor kelautan, 1.715 paket sembako dan 4,5 ton beras dibagikan untuk nelayan, serta larangan penggunaan cantrang ditegakkan demi menjaga kelestarian laut.
Petani terdampak banjir menerima bantuan benih dan pupuk: 2.050 kilogram benih padi dan 8.200 kilogram pupuk NPK. Pameran Nasional Giri Kedaton Bonsai menghadirkan lebih dari 1.000 peserta, mengangkat Gresik sebagai pusat seni bonsai nasional.
Pekan Kebudayaan Daerah dan program Pemuda Inspiratif Gresik menumbuhkan semangat kolaborasi lintas generasi. Sementara di Karangkiring, 5.300 bibit mangrove ditanam—melampaui target 530 persen, sebagai simbol komitmen pada pelestarian lingkungan.
“Kami percaya bahwa perubahan harus dimulai dari hal-hal yang paling berdampak bagi masyarakat. Ini baru permulaan,” ujar Plt. Bupati Gresik, dr. Asluchul Alif, dalam keterangannya.
Seratus hari bukan waktu yang panjang. Namun di tangan kepemimpinan yang berani dan berpihak, waktu singkat itu bisa menjadi fondasi perubahan yang nyata. Gresik tidak sekadar bergerak. Gresik melangkah menuju masa depan yang lebih inklusif, berdaya, dan berkelanjutan.