SURABAYA, headlinejatim.com — Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memperkuat komitmennya dalam mencegah pernikahan usia dini. Tak hanya lewat kebijakan, kali ini Pemkot menggandeng langsung para remaja, tokoh agama, dan elemen masyarakat lainnya melalui kegiatan Pencegahan dan Penanganan Perkawinan Anak (PPA) Award yang digelar di Royal Plaza Surabaya, Rabu (11/6).
Langkah inovatif ini menempatkan anak-anak dan remaja sebagai garda terdepan dalam upaya edukasi sebaya. Ini cara yang dinilai paling efektif untuk menekan angka pernikahan anak di Kota Pahlawan.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk dan KB (DP3APPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati, menegaskan bahwa pernikahan dini memutus rantai hak-hak dasar anak: pendidikan, kreativitas, hingga tumbuh kembangnya secara optimal.
“Anak yang menikah dini kehilangan haknya untuk belajar dan berkembang. Itu sebabnya kami menggandeng siapa pun. Dari RT/RW, NGO, hingga remaja, agar bisa bergerak bersama mencegah pernikahan anak,” ujar Ida.
Melalui kolaborasi bersama Forum Anak Surabaya (FAS), Duta GenRe, dan Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes), para pelajar didorong aktif menyuarakan pentingnya menunda pernikahan dan fokus mengembangkan diri.
“Banyak yang sudah dilakukan anak-anak Surabaya. Dari anak ke anak, mereka saling mengedukasi bahwa menikah dini bukan jalan keluar,” jelas Ida.
Valencia, perwakilan FAS dari SMAN 1 Surabaya, menyebut kegiatan PPA Award sangat efektif karena dikemas interaktif dengan talkshow dan ruang ekspresi kreatif. “Kita bisa menyalurkan aspirasi, menyampaikan ide pencegahan pernikahan dini lewat cara kita sendiri. Itu bikin semua lebih ‘ngena’,” katanya.
Senada dengan itu, Aron dari SMAN 12 mengaku bahwa sosialisasi ini membuka wawasannya soal dampak negatif nikah muda. “Daripada menikah muda, mending kembangkan bakat dan jadi remaja produktif,” ujarnya lugas.
Sementara itu, Aditya dari SMAN 19 dan Duta GenRe Surabaya menyebut banyak insight yang ia dapat dari talkshow edukatif tersebut. “Kita diskusi bagaimana cara mencegah pernikahan dini di lingkungan kita masing-masing. Dan kita siap jadi bagian dari perubahan itu,” tegasnya.
Pemkot juga melibatkan tokoh agama dan masyarakat di wilayah-wilayah rawan pernikahan dini, seperti Surabaya Utara. “Setiap wilayah perlu pendekatan berbeda. Di utara, kami gandeng tokoh agama agar pesan lebih diterima masyarakat,” kata Ida.
Kampung Ramah Perempuan dan Anak juga dijadikan sebagai pusat edukasi masyarakat. “Bukan hanya soal pernikahan dini, tapi juga edukasi kekerasan dan perlindungan anak secara menyeluruh,” tambahnya.
Peringatan untuk Orang Tua. Beri Anak Waktu Tumbuh dan Belajar
Ida mengingatkan para orang tua agar tidak terburu-buru menikahkan anaknya. “Anak-anak butuh bekal untuk masa depan. Mereka bukan hanya calon orang tua, tapi calon pemimpin dan generasi emas Surabaya,” tegasnya.
Dengan bonus demografi di depan mata, Pemkot Surabaya tak ingin lengah. Anak-anak yang terlindungi hari ini adalah penentu kualitas bangsa di masa depan.