Surabaya, headlinejatim.com – Ketika dunia pendidikan tengah ditantang oleh isu stunting, kekerasan seksual pada anak, dan rendahnya literasi digital, Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) hadir dengan solusi yang tak biasa. Melalui peresmian Center for Impactful Innovation (CII) Klaster Edukasi Digital, UM Surabaya memperkenalkan 12 inovasi teknologi pendidikan karya dosen dan mahasiswa. Mulai dari aplikasi cegah kekerasan seksual, game mitigasi kebakaran, hingga platform belajar inklusif untuk anak berkebutuhan khusus.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, yang meresmikan pusat inovasi ini pada Selasa (10/6), menilai langkah UM Surabaya bukan sekadar proyek teknologi, melainkan kelanjutan dari warisan pendidikan progresif ala Muhammadiyah.
“Inovasi adalah DNA Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan dulu memadukan ilmu agama dan umum di tengah pendidikan kolonial yang terkotak. Hari ini, UM Surabaya menjawab zaman lewat teknologi yang inklusif dan membebaskan,” ujar Mu’ti dalam sambutannya.
Tak kurang dari 12 produk digital ditampilkan dalam pameran CII Edukasi Digital. Semuanya berbasis riset yang didanai oleh BRIN, Kemendikbudristek (BIMA), dan Muhammadiyah, dengan pendekatan lintas disiplin. Inovasi-inovasi tersebut antara lain:
- Jagarasa App: aplikasi edukasi pencegahan kekerasan seksual yang dirancang untuk anak dan orang tua secara kolaboratif.
- LegendARy: media cerita rakyat berbasis Augmented Reality (AR) untuk pembelajaran budaya daerah.
- SpecialEdu: platform inklusif untuk anak berkebutuhan khusus, dengan fitur audio-visual adaptif dan akses tinggi.
- Geometri Maze Adventure: game logika berbasis labirin untuk memahami konsep dasar matematika.
- GenC: platform edukasi pencegahan stunting lengkap dengan e-modul dan pemantauan tumbuh kembang.
- Ada pula Bioferment AR yang mengajarkan bioteknologi lewat simulasi fermentasi interaktif, serta Ekofem Edu, platform berbasis kesetaraan gender dan ekologi.
Menurut Rektor UM Surabaya, Dr. Mundakir, peluncuran CII ini bukan hanya bentuk komitmen akademik, tapi juga keberpihakan kampus pada realitas sosial yang sering terabaikan oleh sistem pendidikan konvensional.
“Kami ingin CII menjadi motor lahirnya solusi kreatif yang tak hanya unggul secara teknologi, tapi juga menyentuh kehidupan nyata masyarakat. Terutama di jenjang pendidikan dasar,” jelasnya.
Tak hanya soal teknologi, CII Edukasi Digital dirancang sebagai ruang kolaborasi aktif antara dosen, mahasiswa, dan mitra eksternal. Riset dan pengembangan produk dilakukan dengan pendekatan kontekstual, inklusif, dan aplikatif.
Peluncuran CII Edukasi Digital ini menjadi jawaban atas tantangan kompleks dalam pendidikan Indonesia saat ini. Data KPAI menyebut, kasus kekerasan seksual pada anak meningkat 17% pada 2024. Di sisi lain, literasi digital di kalangan siswa dasar masih rendah, dan belum semua sekolah memiliki akses terhadap alat bantu pembelajaran modern.
UM Surabaya, lewat inovasi-inovasi yang diperkenalkan, menegaskan bahwa kampus bisa menjadi pusat perubahan sosial yang nyata. Bukan hanya mencetak sarjana, tapi juga menciptakan solusi.
“Pendidikan harus melampaui zamannya. Berani melihat ke depan, seperti yang diajarkan KH Ahmad Dahlan. Dan ini langkah penting ke arah sana,” tutup Prof. Mu’ti.