Beda Pendekatan dengan Dedi Mulyadi, Surabaya Tangani Anak “Nakal” Lewat Asrama, Wirausaha, dan Tinju

SURABAYA, headlinejatim.com – Di tengah sorotan terhadap program barak militer bagi anak-anak “nakal” yang digagas mantan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Pemerintah Kota Surabaya justru memilih pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan. Alih-alih menakuti, anak-anak yang pernah terlibat kenakalan remaja justru dibina dalam suasana asrama yang penuh pendampingan dan pengembangan potensi.

Program ini diberi nama Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS), dan sudah berjalan di dua lokasi. Kecamatan Mulyorejo dan Kecamatan Rungkut, Surabaya. Di sinilah para remaja, yang sebagian pernah terjaring razia karena tawuran, balap liar, atau penyalahgunaan zat adiktif, kini ditempa menjadi pribadi mandiri, disiplin, dan terampil.

Read More

“Pagi sampai siang mereka sekolah formal. Pulang sekolah, langsung kembali ke asrama untuk ikut pelatihan wirausaha, olahraga, hingga pembinaan karakter dan wawasan kebangsaan. Semua gratis, ditanggung pemkot,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Selasa (3/6/2025).

Pernah Coba Pendidikan Militer, Tapi Tak Bertahan Lama

Wali Kota yang akrab disapa Cak Eri ini mengaku sempat mencoba pendekatan ala militer. Pada 2022–2023, puluhan anak yang terjaring razia dikirim ke Sekolah Kebangsaan di Pangkalan Udara TNI AL (Lanudal) Juanda. Selama 10 hari, mereka digembleng dalam pelatihan kedisiplinan ala militer.

Hasilnya? Mengejutkan. “Anak-anak itu pulang sambil menangis, bahkan ada yang sampai mencium kaki ibunya. Padahal biasanya mereka keras kepala,” tutur Cak Eri. Tapi ada catatan penting, perubahan itu tak bertahan lama. Tiga bulan kemudian, sebagian dari mereka kembali ke kebiasaan lama: tawuran.

Dari sinilah Cak Eri mulai menelaah lebih dalam. Menurutnya, akar masalah kenakalan remaja bukan sekadar soal perilaku, tapi lebih dalam ekosistem sosial dan minimnya perhatian orang tua.

“Banyak orang tua terpaksa kerja dari pagi sampai malam. Bukan karena abai, tapi karena keadaan. Anak-anak ini akhirnya tumbuh tanpa pendampingan,” ungkapnya.

Program asrama RIAS dirancang bukan hanya untuk mendidik, tapi juga mengisi hari-hari para remaja dengan kegiatan produktif. Selain sekolah dan pelatihan wirausaha (seperti produksi makanan dan minuman), mereka juga diajak menekuni olahraga seperti tinju dan sepeda. Tak ketinggalan, pembinaan spiritual dan penguatan karakter kebangsaan pun menjadi bagian wajib, dibimbing langsung oleh TNI dan Polri.

“Anak-anak kami didik sungguh-sungguh. Kami pastikan mereka punya masa depan. Lulus SMA, mereka tak bingung mau kuliah di mana. Lulus kuliah, ada perusahaan yang siap merekrut. Ini gotong royong pendidikan,” tegas Cak Eri.

Menurut Cak Eri, keberhasilan RIAS juga tak lepas dari peran dunia usaha yang turut membantu pembiayaan dan pelatihan. Program ini juga menyasar anak-anak yang terdata di Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan, hasil pemetaan dari camat dan lurah.

Orang tua yang merasa kesulitan membiayai pendidikan anak juga dipersilakan mengajukan keikutsertaan dalam program ini lewat kelurahan.

“Cukup datang ke kantor kelurahan. Lurah dan camat akan mencocokkan data dengan Dinas Sosial dan Dispendik. Kita ingin semua anak di Surabaya dapat kesempatan yang sama untuk masa

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *