31 Mei: Hari Penting dari Surabaya untuk Dunia

 

headlinejatim.com —Tanggal 31 Mei tidak hanya bermakna bagi masyarakat Surabaya, tetapi juga bagi dunia. Di balik kalender, tersimpan sejarah heroik lokal, tonggak keamanan nasional, serta seruan global untuk hidup lebih sehat. Inilah tiga peringatan penting yang jatuh pada tanggal ini, dirangkai dalam satu narasi yang mengingatkan kita akan nilai perjuangan, kepedulian, dan perubahan.

Read More

 

Akar Sejarah Surabaya: Jejak Perjuangan di 31 Mei

Kota Surabaya resmi menetapkan 31 Mei 1293 sebagai Hari Jadi Kota Surabaya, berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya tahun 1975. Penetapan ini merujuk pada kemenangan Raden Wijaya atas pasukan Mongol (Tartar) dari Dinasti Yuan di bawah pimpinan Kubilai Khan.

Meski tidak ada catatan eksplisit bahwa pertempuran terjadi persis di lokasi yang kini menjadi Surabaya, semangat perjuangan dalam peristiwa tersebut dinilai mencerminkan karakter “arek Suroboyo”, berani, cerdik, dan tak mudah tunduk pada kekuatan asing.

Dalam bingkai sejarah ini, Surabaya tak hanya dikenal sebagai Kota Pahlawan, tetapi juga sebagai simbol awal dari perlawanan Nusantara terhadap dominasi asing, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.

 

Dari Rakyat untuk Republik: Cikal Bakal TNI

Masih dalam semangat perjuangan, 31 Mei juga menjadi momentum untuk mengingat kelahiran Badan Keamanan Rakyat (BKR) Organisasi semi-militer pertama yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945.

Meski secara resmi BKR dibentuk pada 22 Agustus 1945, sejumlah sumber sejarah menyebutkan bahwa peran BKR mulai dirancang dan digagas beberapa hari sebelumnya, termasuk pada 31 Mei sebagai bagian dari persiapan keamanan daerah dan rakyat pasca-kemerdekaan.

BKR kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Momen ini penting untuk dikenang, karena menunjukkan bahwa kekuatan pertahanan negara lahir bukan dari struktur resmi kolonial, melainkan dari inisiatif rakyat yang bersatu menjaga kemerdekaan yang baru seumur jagung.

 

Seruan Global: Saatnya Dunia Bernapas Bebas Tanpa Tembakau

Tak hanya soal sejarah dan perjuangan, 31 Mei juga menjadi panggung seruan dunia untuk hidup lebih sehat. Setiap tahunnya, World Health Organization (WHO) menetapkan World No Tobacco Day atau Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tanggal ini.

Untuk tahun 2025, tema yang diusung adalah:

“Unmasking the Appeal: Exposing Industry Tactics on Tobacco and Nicotine Products”
(Membongkar Daya Tarik: Mengungkap Taktik Industri Tembakau dan Produk Nikotin)

WHO menyoroti bagaimana industri tembakau secara sistematis menyasar generasi muda melalui strategi pemasaran manipulatif. Mulai dari rasa manis yang menyerupai permen, kemasan yang menarik, hingga promosi di media sosial. Semua dirancang untuk menumbuhkan kecanduan sejak dini.

Melalui kampanye ini, WHO mengajak pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat luas untuk lebih waspada terhadap upaya normalisasi tembakau dan nikotin di kalangan anak-anak dan remaja.

 

Tiga Momen, Satu Makna: Kesadaran Kolektif

Ketiga peringatan ini “Hari Jadi Kota Surabaya, semangat BKR, dan Hari Tanpa Tembakau” memiliki benang merah yang sama: kesadaran kolektif untuk melawan sesuatu yang membahayakan kehidupan. Entah itu penjajah, ancaman keamanan, atau candu modern bernama tembakau.

Di tengah tantangan zaman yang terus berubah, semangat perjuangan, kemandirian rakyat, dan kepedulian terhadap kesehatan publik tetap menjadi nilai yang relevan. 31 Mei mengajak kita untuk tidak sekadar mengenang, tetapi juga merenung:

Sudahkah kita menjadi bagian dari perubahan itu?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *