“Jangan pernah merasa tua untuk mencintai negeri ini.” Presiden Soeharto, Semarang, 30 Mei 1996
headlinejatim.com —Di tengah riuh pembangunan dan gempita era digital, ada kelompok yang berjalan pelan tapi penuh makna: para lanjut usia. Mereka tak lagi menjadi headline, tak selalu mendominasi layar, namun jejak mereka tertanam dalam pondasi negeri ini. Tanggal 30 Mei, tiap tahunnya, diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) sebuah momen penghargaan untuk mereka yang telah memberi tanpa henti, meski waktu tak lagi memihak usia.
Ketika Suara Lansia Didengar Negara
Tanggal 30 Mei bukan sekadar pilihan acak. Ia bermula dari peristiwa bersejarah di Semarang pada 30 Mei 1996, ketika Presiden Soeharto dalam kunjungan kerjanya menghadiri sebuah pertemuan besar dengan tokoh-tokoh lanjut usia dari seluruh Indonesia. Momen tersebut menjadi tonggak pengakuan negara terhadap pentingnya peran dan kesejahteraan kaum lansia.
Dalam pidatonya, Presiden Soeharto menegaskan bahwa “lansia adalah aset bangsa, bukan beban.” Ucapan itu disambut hangat, dan menjadi dasar lahirnya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1996, yang menetapkan 30 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional.
Tokoh penting di balik lahirnya HLUN adalah Prof. Dr. Haryono Suyono, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat saat itu. Haryono, yang dikenal sebagai sosok progresif dalam isu keluarga dan kependudukan, meyakini bahwa pembangunan yang berkeadilan tidak boleh melupakan kelompok lansia.
Kenapa HLUN Penting?
HLUN bukan hanya bentuk penghormatan. Ia adalah wujud pengakuan negara terhadap nilai kehidupan yang dibawa oleh para lansia, baik sebagai pejuang kemerdekaan, penggerak pembangunan, maupun penjaga nilai-nilai sosial dan budaya.
HLUN juga menjadi panggilan moral dan kebijakan bagi masyarakat dan pemerintah untuk:
- Menghapus stigma “beban usia” terhadap lansia.
- Mengintegrasikan lansia dalam sistem sosial dan ekonomi.
- Meningkatkan kesadaran publik soal hak, kesehatan, dan partisipasi lansia.
Lansia di Indonesia: Potret 2025
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 menunjukkan bahwa:
- Jumlah lansia (60 tahun ke atas) mencapai 32,2 juta jiwa.
- Ini setara dengan 11,6% dari total populasi Indonesia.
- Indonesia secara resmi masuk ke kategori aging population, yaitu struktur penduduk dengan lebih dari 10% berusia lanjut.
Bila tren ini berlanjut, pada 2045 (100 tahun Indonesia merdeka), jumlah lansia diproyeksikan tembus 20% dari populasi, atau sekitar 60 juta jiwa. Ini berarti 1 dari 5 orang Indonesia adalah lansia.
Yang Harus Digalakan Pada Peringatan HLUN
Peringatan HLUN dirancang tak hanya seremonial, tetapi juga langsung menyentuh kebutuhan dan aspirasi lansia. Beberapa kegiatan umum yang dilakukan antara lain:
Pelayanan Kesehatan Terpadu
- Pemeriksaan kesehatan gratis
- Vaksinasi lansia (influenza, pneumonia, dan booster COVID-19)
- Edukasi gizi, geriatri, dan manajemen penyakit degeneratif
Pemberdayaan Ekonomi Lansia
- Pelatihan keterampilan dan kewirausahaan
- Bantuan sosial dan alat bantu usaha
- Dukungan bagi lansia produktif dan pelaku UMKM
Kampanye Kesadaran & Sosialisasi
- Talkshow intergenerasi
- Penghargaan lansia inspiratif
- Sosialisasi hak lansia dan program jaminan sosial
Revitalisasi Layanan Panti dan Komunitas
- Penguatan peran Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) sebagai pusat layanan
- Pembentukan komunitas lansia mandiri dan kelompok sebaya di desa-desa
Tema HLUN 2025: “Lansia Tangguh, Indonesia Tumbuh”
Pada tahun ini, HLUN mengangkat semangat lansia sebagai bagian dari pertumbuhan bangsa. Lansia bukan hanya dikenang, tapi dilibatkan dalam edukasi, budaya, bahkan ekonomi lokal.
Dalam beberapa daerah seperti Kulon Progo, Denpasar, dan Gresik, lansia diajak menjadi duta literasi, mentor UMKM, bahkan guru PAUD di komunitasnya. Pemerintah daerah mulai memfasilitasi ruang ekspresi dan aktualisasi diri bagi para lansia.
Komitmen Lintas Sektor
Peran HLUN tak lepas dari dukungan berbagai kementerian dan institusi:
- Kementerian Sosial RI sebagai koordinator utama
- Kementerian Kesehatan untuk layanan geriatri
- BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk perlindungan jaminan lansia
- Lembaga non-pemerintah dan komunitas yang menjadi penggerak langsung di lapangan
Lansia Bukan Masa Lalu, Tapi Masa Depan yang Kita Tuju
Ada satu kebenaran yang tak bisa kita hindari: kita semua akan menjadi lansia suatu hari nanti. Maka, apa yang kita lakukan hari ini terhadap mereka, adalah cermin dari masa tua kita sendiri kelak.
HLUN adalah saat yang tepat untuk bertanya:
- Sudahkah ruang publik kita ramah bagi lansia?
- Apakah layanan kesehatan kita cukup adaptif untuk mereka?
- Apakah kita sebagai keluarga, masyarakat, dan negara sudah hadir sebagai sandaran yang layak?
Kisah-kisah yang Menginspirasi
Di balik HLUN, banyak sosok lansia yang masih aktif memberi. Seperti Mbah Poniyem (72 tahun) dari Bantul yang mengajar membatik untuk remaja putus sekolah. Atau Pak Darwis (68 tahun) di Medan, yang menjadi relawan trauma healing bagi anak-anak pascabencana.
Kisah-kisah seperti inilah yang membuktikan: usia mungkin menua, tapi jiwa tidak pernah pensiun.
“Lansia bukan beban negara, mereka adalah saksi sejarah yang membawa kita hingga ke titik ini. Kini, saatnya kita membalasnya bukan dengan kasihan, tapi dengan kehormatan.”
Selamat Hari Lanjut Usia Nasional, 30 Mei 2025.
Mari kita bangun Indonesia yang menghormati semua usia, agar tidak ada yang merasa tersisih hanya karena rambutnya mulai memutih.