Resmikan TPS 3R di Lumajang, Gubernur Khofifah: Sampah Bisa Jadi Rupiah dan Berkah

LUMAJANG, headlinejatim.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meresmikan dua Tempat Pengolahan Sampah (TPS) dengan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Desa Purworejo dan Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Minggu (25/5/2025). Bertempat di Desa Purworejo, peresmian ini menandai langkah nyata Pemprov Jatim dalam mendorong ekonomi sirkular berbasis teknologi tepat guna di tingkat desa.

Dengan pendekatan sederhana namun efisien, dua TPS 3R ini dirancang untuk melayani lebih dari 600 kepala keluarga. Gubernur Khofifah menyebutkan bahwa penggunaan teknologi ramah lingkungan ini tidak hanya murah dan mudah dioperasikan, tetapi juga bisa menjadi sumber penghasilan baru bagi warga.

Read More

“Teknologi ini sederhana, murah, dan bisa dioperasikan oleh masyarakat. Kalau dikelola dengan baik, sampah bisa jadi rupiah dan juga berkah,” kata Khofifah saat meninjau TPS 3R di Purworejo.

Jawaban atas Persoalan Sampah Rumah Tangga

Khofifah mengungkapkan bahwa sampah rumah tangga masih mendominasi total timbulan sampah nasional. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2024 Indonesia menghasilkan sekitar 33,79 juta ton sampah, di mana sebagian besar berasal dari sisa konsumsi rumah tangga.

“Lewat pola 3R ini, kita ajak masyarakat untuk tidak sekadar membuang sampah, tapi juga mengelolanya. Khusus sampah organik bisa diubah jadi kompos atau digunakan untuk budidaya magot sebagai pakan ternak. Ini bukan hanya mengurangi sampah, tapi juga meningkatkan pendapatan,” jelasnya.

Magot dari lalat Black Soldier Fly kini menjadi alternatif pakan ayam dan ikan yang bernilai ekonomi tinggi. Kompos dari sisa organik juga menjadi solusi pengganti pupuk kimia yang lebih ramah lingkungan.

Dari TPS Jadi Gerakan Masyarakat

Selain mengurangi volume sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), TPS 3R diyakini mampu mengubah perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

“Melalui pengelolaan mandiri di desa, kita bisa mengurangi ketergantungan pada TPA. Ini sejalan dengan kebijakan nasional untuk menempatkan TPA di posisi paling akhir dalam hirarki pengelolaan sampah,” tegas Khofifah.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah desa, warga, hingga sektor swasta, agar TPS 3R bisa berkelanjutan. “Saya minta Pak Kades dan seluruh warga menjaga semangat ini. Kelihatannya sederhana, tapi maknanya besar bagi kelestarian lingkungan kita,” katanya.

Dukungan Penuh dari Desa

Kepala Desa Purworejo, Mokhamad Nyono, menyambut baik bantuan ini dan menyebutnya sebagai solusi atas persoalan klasik di desanya. “Kami hanya menyediakan lahan. Sekarang kami punya fasilitas lengkap untuk olah sampah, tinggal menjalankan,” ujarnya.

Nyono berharap TPS 3R ini mampu mengubah budaya lama masyarakat yang terbiasa membuang sampah ke saluran air. “Kalau musim hujan, got meluap karena penuh sampah. Harapannya, dengan TPS ini, warga bisa lebih tertib dan sampahnya diambil setiap hari,” imbuhnya.

Fasilitas Lengkap, Manfaat Maksimal

  •  TPS 3R Desa Purworejo berdiri di atas lahan seluas 220 m² dengan kapasitas pengolahan hingga 140 kg sampah per hari. Dilengkapi 1 unit kendaraan roda tiga, mesin pencacah, mesin pengayak, 35 unit komposter, kontainer, serta paket budidaya magot. TPS ini melayani sekitar 200 KK.
  •  TPS 3R Desa Burno berdiri di lahan 275 m² dan mampu mengolah 280 kg sampah per hari. Dilengkapi 2 kendaraan roda tiga, kontainer, mesin pencacah, dan satu paket budidaya magot, TPS ini melayani 400 KK.

Dengan kehadiran dua TPS ini, Lumajang menjadi contoh nyata bahwa solusi lingkungan tidak harus mahal dan rumit. Cukup dengan kemauan, kolaborasi, dan edukasi berkelanjutan, sampah bisa menjadi sumber nilai dan alat pemberdayaan warga desa.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *