SURABAYA, headlinejatim.com — Jawa Timur kembali menegaskan posisinya sebagai poros strategis Indonesia, kali ini di hadapan para atase pertahanan dari 17 negara sahabat. Bertempat di Gedung Negara Grahadi, Gubernur Khofifah Indar Parawansa memaparkan kekuatan ekonomi, pertanian, logistik, hingga kebudayaan Jawa Timur yang menjadi daya ungkit kawasan timur Indonesia.
Dalam pertemuan yang penuh diplomasi dan makna strategis itu, Khofifah menekankan bahwa Jawa Timur bukan hanya lumbung pangan nasional, tapi juga penopang ekonomi dengan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan nasional.
“Jawa Timur menyumbang 25,11 persen ekonomi Pulau Jawa dan 14,42 persen terhadap ekonomi nasional. Ini ditopang oleh tiga sektor utama: industri, perdagangan, dan pertanian,” ujar Khofifah.
Dengan populasi lebih dari 41 juta jiwa dan 38 kabupaten/kota, Jatim menjadi provinsi kedua terpadat di Indonesia. Tak hanya subur di sektor pertanian, Jatim juga memegang peranan kunci dalam distribusi logistik nasional.
Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, lanjut Khofifah, melayani 19 dari 39 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), menjadikannya simpul penting bagi 20 provinsi di Kawasan Indonesia Timur.
“Sekitar 80 persen logistik Indonesia Timur bergantung pada Jatim. Ini menunjukkan peran strategis Jatim dalam mendukung stabilitas dan keamanan ekonomi nasional,” jelasnya.
Tak berhenti di sektor ekonomi, Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini juga memperkenalkan Kawasan Ekonomi Khusus Gresik dan Singhasari, 13 kawasan industri, serta satu kawasan industri halal sebagai wujud kesiapan Jatim menuju transformasi ekonomi berkelanjutan.
Khofifah juga menyisipkan kekuatan budaya sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan. Dari keberagaman budaya Arek, Osing, Tengger, Madura, hingga Mataraman, semua berperan membentuk identitas kolektif yang inklusif.
Dalam suasana yang hangat dan penuh keakraban, apresiasi datang dari Colonel Miloje Zdarvkovic, atase pertahanan Serbia yang dengan fasih mengucapkan dan memahami makna falsafah Jawa Timur “Jer Basuki Mawa Beya” bahwa segala pencapaian butuh pengorbanan.
“Ini bukan sekadar kata bijak. Ini adalah prinsip hidup yang relevan bagi dunia,” ungkapnya.
Kunjungan ini turut dihadiri atase pertahanan dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Qatar, Jerman, Australia, Myanmar, Belanda, Kanada, Kenya, dan lainnya. Kolaborasi ini juga difasilitasi oleh Kementerian Pertahanan RI sebagai bagian dari diplomasi pertahanan dan penguatan hubungan antarnegara.
Kolonel Czi Sugeng Haryadi Yogopranowo dari Kemhan RI menyebut forum ini sebagai upaya menghubungkan sektor pertahanan dengan potensi daerah, termasuk industri pertahanan lokal.
“Ini menjadi jembatan penting antara pertahanan dan pembangunan daerah,” ujarnya.
Khofifah berharap kunjungan ini membuka peluang kerja sama yang lebih luas.
“Mudah-mudahan dari sini terjalin kemitraan baru dan cerita baik tentang Jawa Timur yang akan dibawa pulang ke negara masing-masing,” tutupnya.