Surabaya, headlinejatim.com— Menghadapi maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor), Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengaktifkan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebagai benteng pertahanan pertama di tingkat kampung. Sebanyak 500 Rukun Warga (RW) disiapkan sebagai pilot project Kampung Tangguh untuk membangun sistem keamanan warga yang terstruktur, responsif, dan berbasis gotong royong.
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M Fikser, mengatakan lonjakan kasus curanmor di beberapa titik membuat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengamanan lingkungan meningkat signifikan.
“Sudah banyak kampung yang kembali aktif melakukan ronda malam. Ini gerakan yang tumbuh dari bawah. Warga makin sadar bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama,” ujar Fikser, Jumat (23/5/2025).
Langkah ini juga didukung dengan integrasi layanan darurat Command Center 112 milik Pemkot dengan nomor darurat kepolisian 110. Fikser menegaskan sistem ini memungkinkan respon cepat terhadap kejadian di lapangan.
Selain itu, Pemkot tengah menyusun SOP pos kamling berbasis kolaborasi bersama kepolisian dan TNI. Konsepnya mengadopsi pendekatan Kampung Tangguh, yang terbukti efektif saat pandemi COVID-19 dalam membangun ketahanan komunitas.
“Dulu saat COVID-19, Kampung Tangguh bukan hanya soal kesehatan, tapi juga ketahanan sosial. Sekarang konsep itu kami hidupkan kembali untuk keamanan lingkungan,” jelasnya.
Wali Kota Eri Cahyadi, lanjut Fikser, telah menginstruksikan agar program ini dimulai dari 500 RW sebagai tahap awal. Dengan total 1.300 RW di Surabaya, langkah ini dinilai strategis untuk memastikan pengawasan dan evaluasi berjalan maksimal sebelum diperluas ke seluruh wilayah kota.
Bagi RW yang telah membentuk klaster keamanan mandiri, Pemkot akan mendorong pengembangan program Kampung Madani, yang mencakup keamanan, pengelolaan sampah, hingga solidaritas sosial.
Di Kecamatan Pabean Cantian, gerakan ini sudah mulai terlihat dampaknya. Camat Muhammad Januar Rizal mengungkapkan, sejak 2024 hingga pertengahan Mei 2025, tercatat 52 kasus curanmor di wilayahnya. Namun, penguatan koordinasi dengan tiga pilar: kepolisian, TNI, dan tokoh masyarakat, membuat warga semakin aktif menjaga kampung.
“Setiap malam, warga RW rutin ronda. CCTV dipasang di titik rawan dan terhubung ke balai RW untuk pengawasan bersama,” ujar Rizal.
Ia juga mendorong program wajib lapor tamu 1×24 jam serta musyawarah pemasangan portal masuk kampung, dengan memperhatikan aspek keselamatan seperti akses kendaraan pemadam kebakaran.
“Keamanan penting, tapi jangan sampai mengorbankan akses darurat. Semua harus dibicarakan bersama warga,” tegasnya.
Rizal menegaskan, pencegahan kejahatan bukan hanya soal perangkat, tetapi juga soal semangat kolektif. “Kunci utama keberhasilan ini adalah komitmen semua pihak. RT, RW, lurah, camat, tiga pilar, dan tentunya partisipasi warga,” pungkasnya.