headlinejatim.com – Di tengah perayaan Halal Bihalal yang digelar di Gedung Wanita Candra Kencana, Rabu (23/4/2025), Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan bahwa perjuangan Kartini tak lagi cukup diperingati dalam narasi simbolik. Semangat emansipasi itu, kata Eri, kini harus menjelma ke dalam aksi nyata: transformasi pendidikan melalui peran strategis perempuan di era digital.
Didampingi Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Surabaya Rini Indriyani, Wali Kota Eri menyampaikan bahwa perempuan, khususnya para guru dan penggerak pendidikan adalah aktor utama dalam ekosistem pendidikan digital yang sedang dibangun Surabaya.
“Perempuan tak hanya menjadi penerang di rumah, tapi juga motor utama dalam revolusi pendidikan digital. Tanpa peran aktif mereka, visi pendidikan berbasis teknologi di Surabaya tidak akan berjalan optimal,” ujar Eri.
Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Saat ini, seluruh pelaporan kegiatan Dinas Pendidikan Kota Surabaya telah terdigitalisasi, dan Pemkot bekerja sama dengan perguruan tinggi seperti ITS untuk memperkuat kapasitas digital guru. Menurut Eri, ini adalah bentuk konkret aktualisasi semangat Kartini, mengakses kemajuan demi membebaskan generasi penerus dari keterbelakangan pengetahuan.
“Di era sekarang, emansipasi adalah akses dan literasi. Kartini hari ini adalah mereka yang mampu mendidik anak-anak dengan teknologi, membentuk karakter melalui media digital, dan menjangkau pendidikan berkualitas dari rumah,” tambahnya.
Rini Indriyani, yang juga akrab disapa Bunda Rini, mempertegas pentingnya kecakapan digital bagi perempuan. Ia menyerukan agar para ibu dan pendidik perempuan tidak tertinggal dalam arus teknologi, melainkan justru tampil sebagai navigator perubahan.
“Literasi digital bukan pilihan, tapi kebutuhan. Para ibu harus mampu memilih konten edukatif, bercerita melalui video interaktif, dan menjadi mitra sejajar dalam pendidikan berbasis teknologi,” kata Bunda Rini.
Dalam forum yang dihadiri para istri pendidik, guru perempuan, dan penggerak pendidikan ini, Rini juga menekankan pentingnya solidaritas di antara sesama perempuan pendidik. Menurutnya, perubahan hanya bisa terjadi bila ada semangat kolektif dan gotong royong.
“Surabaya tidak kekurangan Kartini. Yang kita butuhkan adalah ruang, kesempatan, dan pengakuan terhadap kontribusi nyata mereka di garis depan transformasi pendidikan,” pungkasnya.