headlinejatim.com — Di tengah arus informasi yang mengalir deras setiap detik, 23 April hadir sebagai penanda penting akan kekuatan kreativitas manusia dalam berbagai bentuk, baik dalam layar ponsel, lembar buku, maupun ruang bahasa. Tiga peringatan dunia berkumpul di tanggal yang sama: Hari Kreator Internasional, Hari Bahasa Inggris Internasional, dan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia.
Ketiganya merayakan satu hal yang sama: dampak dari imajinasi dan intelektualitas manusia yang melintasi batas zaman dan teknologi.
Kreator Adalah Kurator Zaman: Panggung Digital yang Mengubah Dunia
Mungkin tak banyak yang tahu, Hari Kreator Internasional jatuh pada 23 April. Tapi justru di sinilah letak ironi sekaligus kekuatannya. Sebuah hari yang tidak perlu viral untuk menunjukkan dampaknya. Dari vlog harian, podcast, hingga thread penuh makna di media sosial, para kreator konten hari ini adalah narator zaman yang membingkai realitas dari sudut yang lebih manusiawi dan personal.
Mereka bukan hanya “pengisi konten”, tapi kurator informasi, pendobrak isu tabu, dan penyampai cerita yang tak mendapat tempat di media arus utama. Jejak mereka sudah ada sejak era cetak. Sebut saja Benjamin Franklin dengan Poor Richard’s Almanack. Namun, ledakan media sosial di era 2000-an mengubah mereka menjadi kekuatan budaya global.
Di balik tiap klik dan swipe, ada pencipta yang memaknai ulang dunia melalui ide, estetika, dan narasi. Maka, Hari Kreator Internasional bukan hanya perayaan, tapi juga pengakuan: bahwa kreativitas kini hidup di ruang digital dan memengaruhi cara kita melihat dunia.
Bahasa Inggris: Instrumen Global, Jejak Shakespeare
Seiring dengan kreativitas konten, bahasa menjadi instrumen penting yang membuatnya bisa diterima secara lintas budaya. Di sinilah Hari Bahasa Inggris Internasional, yang juga jatuh pada 23 April, memainkan peran strategis. Ditetapkan oleh PBB sejak 2010, perayaan ini didedikasikan untuk mempromosikan keberagaman bahasa sekaligus menumbuhkan kemahiran berbahasa Inggris. Bahasa yang telah menjelma menjadi penghubung global.
Tanggal ini bukan kebetulan. Ini adalah hari lahir sekaligus wafatnya William Shakespeare, sastrawan yang tak hanya menulis drama, tetapi juga membentuk lanskap bahasa Inggris modern. Dari istilah seperti “modis”, “gosip”, hingga frasa abadi “cinta itu buta”, Shakespeare adalah bukti bahwa kata-kata bisa hidup sepanjang masa.
Bahasa Inggris hari ini adalah jembatan komunikasi dunia. Tapi lebih dari itu, ia adalah ruang di mana ide-ide kreatif menemukan bentuk, dari puisi hingga caption media sosial.
Buku dan Hak Cipta: Fondasi Kreativitas yang Tak Boleh Dilupakan
Menutup jejak perayaan 23 April, kita kembali ke akar dari semua bentuk narasi: buku. Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia yang dideklarasikan UNESCO pada 1995 bukan hanya penghormatan terhadap karya tulis, tapi juga perlawanan terhadap pelupaan.
Buku adalah tempat pertama di mana ide dikukuhkan, identitas dibentuk, dan sejarah dicatat. Di tengah derasnya konten digital, buku tetap menjadi simbol orisinalitas, dengan hak cipta sebagai perisai legal bagi para pencipta.
Tanggal ini juga dipilih untuk menghormati para penulis besar yang wafat pada hari tersebut, seperti Miguel de Cervantes dan William Shakespeare. Mereka mungkin telah tiada, namun gagasan mereka masih hidup, di lembaran yang tak pernah basi dan di kutipan yang terus dikutip ulang.
23 April adalah hari di mana kreativitas manusia diperingati dalam tiga dimensi: digital, verbal, dan literer. Sebuah pengingat bahwa meski bentuknya berubah, esensinya tetap satu: kreativitas adalah kekuatan paling manusiawi yang kita miliki.