Surabaya, headlinejatim.com – Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo di Surabaya menegaskan posisinya sebagai pionir energi bersih berbasis limbah di Indonesia. Sejak beroperasi, PLTSa ini telah menyumbang energi bersih sebesar 166,1 Gigawatt hour (GWh), menjadikannya model pengelolaan sampah modern yang mulai dilirik daerah lain.
Pembangkit ini mengolah 1.600 ton sampah per hari menjadi listrik, dengan dua sistem utama: sanitary landfill yang menghasilkan 1,65 MW listrik sejak 2015, serta sistem gasifikasi modern berkapasitas 9 MW yang beroperasi sejak 2021. Kedua sistem ini berkontribusi signifikan pada pasokan energi ramah lingkungan—sekitar 5,5 GWh dan 30 GWh per tahun.
“PLTSa Benowo bukan hanya soal pengolahan sampah, tapi bagian dari solusi strategis menghadapi krisis energi dan lingkungan di kota besar,” ujar General Manager PT PLN (Persero) UID Jatim, Ahmad Mustaqir.
PLTSa Benowo menarik perhatian nasional. Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, dalam kunjungannya 16 April lalu menyebut proyek ini sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. “Ini model yang layak ditiru kota-kota besar lainnya dalam menangani sampah dan menghasilkan energi,” katanya.
Dukungan PLN terhadap energi bersih terus diperkuat. Di Jawa Timur, suplai energi terbarukan saat ini mencapai 295 MW, dengan PLTSa Benowo sebagai salah satu kontributor utamanya. Energi ini berasal dari beragam sumber, mulai dari air, surya, hingga sampah.
PLTSa Benowo membuktikan bahwa limbah bukan akhir dari siklus konsumsi, tetapi awal dari energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.