Surabaya, headlinejatim.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengirim sinyal tegas tentang peran strategis pesantren dalam perekonomian Jawa Timur. Dalam seremoni pengukuhan 16 anggota Tim Penguatan dan Pengembangan Eko-Tren OPOP Jatim 2025–2030, Rabu (16/4), Khofifah menyatakan bahwa pesantren harus naik kelas, dari sekadar lembaga pendidikan dan dakwah menjadi motor penggerak ekonomi umat.
“Ini bukan hanya soal struktur baru, ini soal memperkuat ekosistem ekonomi pesantren berbasis tiga pilar: Santripreneur, Pesantrenpreneur, dan Sociopreneur” tegas Khofifah di Harris Hotel & Conventions Gubeng, Surabaya.
Pengukuhan tersebut didasarkan pada SK Gubernur Nomor 100.3.3.1/250/013/2025, dan menjadi bagian dari langkah konkret Pemprov Jatim dalam memperluas daya jangkau program One Pesantren One Product (OPOP) melalui pendekatan Eko-Tren yang lebih sistemik.
Ekonomi Pesantren: Potensi Besar yang Belum Terpoles Maksimal
Khofifah menyebutkan bahwa potensi ekonomi pesantren di Jawa Timur sangat besar. Dengan lebih dari 5.000 pesantren dan hampir satu juta santri, ditambah 808 koperasi aktif serta 26.329 produk bersertifikat halal, Jawa Timur memiliki posisi strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi syariah nasional.
“Inilah kekuatan ekosistem ekonomi pesantren. Kita punya semua sumber daya. Tinggal bagaimana mengoptimalkannya agar benar-benar bisa mendorong kesejahteraan umat,” ujarnya.
Sertifikasi Merek: Branding Halal Jatim Makin Kuat
Dalam kesempatan yang sama, Khofifah juga menerima sertifikat merek Eko-Tren OPOP Jatim dari Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur. Sertifikasi ini diharapkan menjadi penguat branding produk pesantren, terutama untuk menghadapi pasar ekspor dan menegaskan eksistensi produk halal asal Jawa Timur.
“Kalau kita ingin ekspor, kita sudah punya brand yang sah secara hukum. Ini penting agar produk pesantren bisa bersaing di level global,” kata Khofifah.
Indonesia Siap Jadi Produsen, Bukan Sekadar Konsumen Halal
Mengutip laporan State of the Global Islamic Economy, Khofifah mengungkapkan bahwa Indonesia kini menempati peringkat ketiga dunia dalam ekonomi dan keuangan syariah, hanya kalah dari Malaysia dan Saudi Arabia. Namun, ia mengingatkan bahwa Indonesia tidak boleh puas hanya menjadi konsumen.
“Indonesia harus menjadi produsen utama produk halal dunia. Dan Eko-Tren OPOP adalah salah satu motor penggeraknya,” jelasnya.
Pesantren Harus Ambil Peran Strategis sebagai ‘Gerbang Baru Nusantara’
Sejalan dengan visi menjadikan Jawa Timur sebagai Gerbang Baru Nusantara, Khofifah menekankan agar pesantren mengambil peran aktif dalam perekonomian kawasan timur Indonesia.
“Pesantren harus menjemput peran ini, bukan menunggu. Dengan posisi strategis Jatim, pesantren bisa menjadi simpul pertumbuhan ekonomi umat,” ujarnya.
Kolaborasi Hexahelix Jadi Kunci
Keberhasilan Eko-Tren OPOP Jatim menurut Khofifah tidak lepas dari kolaborasi hexahelix: pemerintah, akademisi, sektor swasta, komunitas, lembaga keuangan, dan media. Mulai dari sertifikasi produk, digitalisasi koperasi, hingga integrasi sistem pembiayaan pesantren melalui Kartu Santri OPOP Jatim.
“Sinergi inilah yang akan mempercepat transformasi ekonomi berbasis pesantren menjadi kekuatan utama ekonomi rakyat,” tutup Khofifah.