headlinejatim.com – Setiap tanggal 16 April, dunia dan Indonesia memperingati berbagai momen bermakna yang sarat pesan mendalam—dari kekuatan militer, kesehatan suara, perjuangan mental, hingga perlindungan satwa liar. Semua ini menjadi refleksi akan pentingnya menjaga kekuatan fisik, batin, dan harmoni dengan alam.
HUT Ke-73 Kopassus: Merayakan Kekuatan dan Pengabdian
Di Indonesia, tanggal 16 April menjadi momentum bersejarah bagi Komando Pasukan Khusus (Kopassus), salah satu satuan elit TNI Angkatan Darat. Tahun ini, Kopassus memasuki usia ke-73 sejak pertama kali didirikan pada 16 April 1952 oleh Kolonel A.E. Kawilarang. Dikenal dengan keahlian tempur luar biasa, keberanian dalam operasi khusus, serta dedikasi menjaga kedaulatan NKRI, Kopassus telah menjadi simbol kekuatan dan loyalitas militer Indonesia.
Perayaan HUT Kopassus ke-73 tahun ini bukan hanya sekadar seremoni militer, tetapi juga refleksi atas kontribusi pasukan baret merah ini dalam berbagai misi kemanusiaan, penanggulangan terorisme, hingga operasi militer strategis yang tak selalu tampak di permukaan.
World Voice Day: Menghargai Suara, Menjaga Kesehatan Vokal
Secara global, 16 April juga diperingati sebagai Hari Suara Sedunia (World Voice Day). Inisiatif ini dimulai oleh para profesional kesehatan di bidang otolaringologi dan vokal, guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan suara—terutama bagi mereka yang mengandalkan suara sebagai alat kerja utama seperti guru, penyanyi, aktor, dan pembicara publik.
Suara bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cerminan kondisi fisik dan emosional seseorang. World Voice Day menjadi ajakan kepada masyarakat dunia untuk menjaga kebersihan pita suara, menghindari kebiasaan buruk seperti merokok, serta berkonsultasi kepada profesional bila mengalami gangguan vokal.
World Semicolon Day: Titik Koma sebagai Simbol Harapan Mental
Tak hanya tubuh dan suara, 16 April juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesehatan mental, lewat peringatan World Semicolon Day. Titik koma (;) dijadikan simbol dalam gerakan global untuk mendukung mereka yang berjuang menghadapi depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk mengakhiri hidup.
Simbol ini memiliki filosofi mendalam: seperti titik koma dalam tulisan yang menandai jeda namun bukan akhir, hidup seseorang pun bisa mengalami masa sulit tanpa harus berakhir. Gerakan ini bermula dari kampanye sosial yang kemudian menjadi pengingat bahwa setiap individu punya kesempatan untuk melanjutkan cerita hidupnya dengan dukungan, kasih sayang, dan perawatan mental yang tepat.
Save the Elephant Day: Harmoni dengan Alam dan Satwa Liar
Dari manusia ke alam, 16 April juga diperingati sebagai Hari Menyelamatkan Gajah (Save the Elephant Day), yang dicanangkan pada tahun 2012 oleh Patricia Sims bersama Elephant Reintroduction Foundation di Thailand. Tujuannya adalah meningkatkan kepedulian terhadap ancaman yang dihadapi gajah—mulai dari perburuan gading, perdagangan ilegal, hingga kerusakan habitat akibat alih fungsi lahan.
Gajah merupakan simbol kebijaksanaan dan kekuatan alam. Namun populasi mereka terus menurun secara drastis. Hari ini menjadi seruan internasional untuk menghentikan eksploitasi gajah dan mengedepankan konservasi berkelanjutan demi generasi mendatang.
Makna Bersama dalam Keberagaman Peringatan
Meski berasal dari latar belakang yang berbeda, seluruh peringatan pada 16 April memiliki benang merah: ketahanan dan harapan. Dari ketangguhan pasukan Kopassus, pentingnya menjaga suara dan kesehatan mental, hingga upaya menyelamatkan gajah—semuanya mengajak masyarakat dunia untuk tidak menyerah, merawat diri dan lingkungan, serta terus melangkah maju dalam harmoni.
Karena setiap jeda bukanlah akhir, dan setiap suara layak didengar.