10 April: Pelukan Saudara Kandung, Untuk Damainya Dunia

Surabaya, headlinejatim.com – 10 April 2025. Claudia Evart tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis ketika dua orang terdekatnya—kakak perempuannya Lisette dan adik lelakinya Alan—meninggal dalam kecelakaan tragis saat mereka masih muda. Bagi Claudia, kehilangan mereka tak sekadar kehilangan anggota keluarga, tapi kehilangan bagian dari jiwanya.

“Lisette adalah tempatku bercerita. Alan, orang pertama yang mengajarkanku bermain musik,” kenangnya dalam sebuah wawancara. “Saat mereka pergi, aku merasa separuh hidupku ikut hilang.”

Read More

Dari kepedihan itulah, Claudia melahirkan sebuah gagasan yang kini dirayakan di berbagai belahan dunia. Ia menetapkan tanggal 10 April, ulang tahun Lisette, sebagai Hari Saudara Kandung Sedunia (Siblings Day)—sebuah hari untuk merayakan cinta, kenangan, dan ikatan yang tak tergantikan antara saudara kandung.

Tahun 1997, Claudia mendirikan Siblings Day Foundation (SDF), organisasi nirlaba yang berupaya menjadikan Hari Saudara Kandung sebagai peringatan nasional dan internasional, sebagaimana Hari Ibu dan Hari Ayah. Kini, SDF telah memperluas jangkauannya ke lebih dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat, India, Inggris, Filipina, dan Australia.

Namun di balik gerakan global ini, inti peringatan ini tetap bersifat personal—tentang kehangatan, kerinduan, dan hubungan manusia yang paling mendalam: saudara kandung.

Menurut Dr. Laila Husna, psikolog keluarga dan dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, hubungan saudara kandung memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian dan stabilitas emosional seseorang.

“Saudara kandung adalah ‘keluarga pertama’ yang kita kenal di luar hubungan orangtua. Mereka menyaksikan fase kita mulai berjalan, belajar, jatuh, dan tumbuh. Ikatan ini terbentuk bukan hanya dari darah, tapi dari interaksi intens sejak usia dini,” ujar Laila.

Ia menjelaskan bahwa dalam kajian psikologi perkembangan, hubungan saudara kandung dapat menjadi sumber dukungan emosional, kontrol sosial positif, dan latihan empati yang tak tergantikan. Bahkan, konflik yang muncul selama masa kecil sering kali menjadi dasar pembentukan keterampilan sosial dan manajemen emosi di masa dewasa.

“Banyak orang lebih mudah terbuka kepada saudara kandung ketimbang orang tua, karena relasi mereka lebih horizontal. Saudara bisa menjadi teman, rival sehat, hingga tempat perlindungan emosional yang tulus,” tambahnya.

Data dari survei World Sibling Study 2023 mendukung pernyataan ini:

-. 87% responden menyebut saudara kandung sebagai sumber utama dukungan emosional di masa dewasa.

-. 68% mengatakan bahwa kenangan bersama saudara menjadi bagian paling membekas dalam hidup mereka.

-. 54% menyatakan hubungan mereka dengan saudara semakin kuat setelah mengalami krisis keluarga atau kehilangan orang tua.

Hari ini, peringatan Hari Saudara Kandung dirayakan dengan berbagai cara: mengirim pesan cinta, mengunggah foto masa kecil di media sosial, bahkan sekadar menelepon untuk bertanya kabar. Namun bagi Claudia, yang kini tinggal di New York, hari ini tetap menjadi hari mengenang dua sosok yang mengubah hidupnya—dan hidup banyak orang.

“Jika kamu masih memiliki saudara hari ini, jangan tunggu esok. Peluk mereka. Katakan kamu mencintainya. Karena tak semua orang punya kesempatan kedua,” pesannya, yang kini diabadikan dalam situs resmi SDF dan berbagai platform kampanye keluarga.

Hari Saudara Kandung bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah pengingat tentang siapa yang tumbuh bersama kita—yang dulu berbagi boneka, berebut remot TV, atau menyeka air mata saat dunia terasa berat.

Dan bagi Claudia, dari duka lahir warisan yang abadi: cinta yang menghubungkan saudara, melampaui waktu dan jarak.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *