Sumenep, headlineJatim.com — Tradisi Lebaran Ketupat kembali semarak di ujung timur Pulau Madura. Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar Festival Ketupat 2025 pada Senin, 7 April 2025 di Pantai Slopeng, dan mengundang seluruh masyarakat serta wisatawan untuk hadir dalam momen budaya dan spiritual ini.
Dipimpin oleh Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo dan Wakil Bupati KH. Imam Hasyim, festival ini tak sekadar pesta rakyat, tetapi menjadi refleksi mendalam tentang syukur, tradisi, dan spiritualitas yang hidup di tengah masyarakat pesisir Madura.
Jejak Sejarah: Dari Sunan Kalijaga ke Madura
Tradisi Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat diyakini berasal dari masa Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Setelah Ramadan dan Idulfitri, masyarakat diberi waktu seminggu penuh untuk menyempurnakan ibadah dengan puasa Syawal selama enam hari.
Setelah itu, barulah digelar Lebaran Ketupat, sebagai bentuk syukur dan peneguhan silaturahmi antar sesama.
Rangkaian ini merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW:
“Barangsiapa berpuasa Ramadan, kemudian diikuti enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)
Makna ini kemudian dihidupkan oleh masyarakat pesisir seperti di Sumenep, Madura, dengan merayakan Lebaran Ketupat. Mereka membawa ketupat dan lauk laut ke pantai sebagai wujud syukur atas nikmat puasa, nikmat rezeki, dan nikmat persaudaraan.
Makna Filosofis: Ketupat dan Kesadaran Diri
Secara etimologis dalam bahasa Jawa:
“Ku” = ngaku (mengaku)
“Pat” = lepat (kesalahan)
Ketupat menjadi simbol kerendahan hati, pengakuan kesalahan, dan ikhtiar memperbaiki hubungan dengan sesama. Bungkusnya dari janur—daun kelapa muda—adalah simbol kehidupan yang segar, sederhana, namun kuat mengikat.
Ayat yang menjadi dasar dari semangat pengampunan dan penyucian diri adalah:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133)
Bupati Fauzi: Festival Ketupat, Wisata Berbasis Kearifan
Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo menjadikan Festival Ketupat sebagai bagian dari strategi kebudayaan dan promosi pariwisata, “Tradisi ini bukan hanya warisan, tapi potensi. Kami ingin menjadikan Festival Ketupat sebagai event budaya yang juga memperkuat wisata halal dan spiritual di Sumenep.” ujarnya.
Pantai Slopeng dipilih karena keindahannya yang eksotis serta sejarahnya yang dekat dengan masyarakat nelayan. Dengan infrastruktur yang kian berkembang, Slopeng kini menjadi ruang pertemuan antara budaya lokal dan wisata modern.
Wabup Imam Hasyim: Ketupat, Laut, dan Spiritualitas Islam
Menegaskan semangat budaya yang juga mengakar dalam nilai-nilai Islam, Wakil Bupati KH. Imam Hasyim menyampaikan bahwa ketupat adalah simbol tobat dan tawadhu’. Setelah sebulan menahan lapar dan hawa nafsu, manusia kembali fitrah—namun fitrah itu perlu dijaga melalui silaturahmi, berbagi makanan, dan menjaga harmoni sosial.
Lebaran Ketupat di pesisir Madura juga tak bisa dilepaskan dari lautan, yang menjadi sumber utama kehidupan masyarakat.
“Laut adalah sumber rezeki, dan ketupat adalah bentuk syukur kita atas karunia itu,” ujarnya dalam tausiyah kebudayaan.
Ayat-ayat Al-Qur’an pun memperkuat makna ini:
“Dan Dialah yang menundukkan lautan untukmu agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai.” (QS. An-Nahl: 14)
“Dan kamu melihat kapal-kapal berlayar padanya, agar kamu mencari sebagian dari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Jatsiyah: 12)
Dengan membawa ketupat ke pantai, masyarakat menyatukan doa, rezeki, dan pengharapan, sekaligus merawat harmoni antara manusia dan alam.
Renungan: Ketupat dan Kehidupan
KH. Imam Hasyim menutup tausiyahnya dengan refleksi sederhana namun menyentuh:
“Kalau hidup hanya soal makan, ikan pun bisa lebih sukses. Tapi hidup manusia itu soal makna.”
Ketupat itu rumit di luar, namun isinya sederhana. Seperti hidup—terkadang membingungkan, tapi selalu bisa kembali pada niat dan kebaikan.
Ketupat untuk Bangsa
Festival Ketupat 2025 adalah:
- Simbol kemenangan dan keluhuran jiwa
- Momentum silaturahmi dan rekonsiliasi sosial
- Ekspresi rasa syukur atas berkah Ramadan dan alam
- Panggung budaya peradaban pesisir Madura
Bagi masyarakat Madura, ketupat bukan sekadar makanan—ia adalah ajaran hidup, doa yang bisa dimakan, dan janji untuk terus memperbaiki diri.
#FestivalKetupat2025 #KHImamHasyim #LebaranKetupatSumenep #FilosofiKetupat #KearifanMadura #IslamDanBudaya #SyukurDariPesisir #PantaiSlopeng #RezekiDariLaut #GusDurQuotes